News Update :
Home » » KEDEWASAAN POLA PIKIR: BERFIKIR PROAKTIF, KREATIF, POSITIF DAN KOMPERHENSIF

KEDEWASAAN POLA PIKIR: BERFIKIR PROAKTIF, KREATIF, POSITIF DAN KOMPERHENSIF

Penulis : kumpulan karya tulis ilmiah on Saturday, December 14, 2013 | 11:10 PM

KEDEWASAAN POLA PIKIR: BERFIKIR PROAKTIF, KREATIF, POSITIF DAN KOMPERHENSIF
A. Kemampuan Berpikir
Setiap manusia yang diciptakan oleh Tuhan mempunyai kemampuan berpikir. Tingkat kemampuan berpikir manusia berbeda-beda. Tergantung tingkat usia dan kematangan psikisnya.
Salah satu tokoh yang tertarik pada perkembangan kognitif (pola pikir) manusia adalah Jean Piaget. Menurutnya terdapat 3 tahap perkembangan kognitif manusia dalam rentang waktu 0-16 tahun.

1. Tahap Pertama: Tahap Berpikir Sensori Motor Tahap initerjadi pada usia bayi 0-2 tahun. Pola pikir yang muncul dalam tahap inimasih terikat pada panca indera. Bayi akan memakai panca inderanya untuk mencoba menangkap segala sesuatu yang bergerak di sekitarnya. Misalnya, kita menggoyang-goyangkan mainan di depannya. Bayi akan merespons dengan menggerak-gerakkan matanya ke kin dan ke kanan mengikuti mainan yang digoyangkan di depan wajahnya.

2. Tahap Kedua: Tahap Berpikir Praoperasional
Tahap ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Berpikir Prakonseptual (2-4 tahun) Dalam tahap ini anak mulai belajar berbicara dengan meniru kata-kata dan orang yang ada di sekitamya walaupun kata seorang katanya belum sempurna dan ia tidak mengetahui arti dan kata kata tersebut.

b. Berpikir Intuitif (4-7 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah sedikit berkembang dengan menunjukkan kemampuannya dalam berpikir dan berhitung secarasederhana.

3.Tahap Ketiga
Tahap ini terbagi menjadi 2 bagian pula yaitu:
a. Berpikir Operasional Konkret (7-11 tahun)
Dalam tahap inianak sudah mampu berpikir untuk memecahkan masalah konkret. Anak sudah dapat membedakan waktu, jumlah dan mengetahui hubungan sebab-akibat (hubungan kausal). Tanda-tanda inibiasanya akan ditunjukkan dengan senangnya anak pada permainan, misalnya permainan kelereng. Anak yang masuk pada usia inibiasanya sudah masuk sekolah formal (Sekolah Dasar)

b. Berpikir Operasional Formal (11-16 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah memasuki taraf berpikir yang baik. Si anak sudah mampu berpikir abstrak atau hal-hal di luar dunia nyata yang hanya mampu dipahainioleh pikiran. Misalnya:

Siapakah Tuhan itu? Mengapa aku bisa berada dalam dunia ini? Dalam usia ini anak juga sudah mulai berpikir kritis dengan mencoba mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain.

Usia remaja adalah usia dalam rentang 12-24 tahun. Apabila kita memakai teori Piaget, usia remaja masuk dalam kategori Tahap Berpikir Operasional Formal.

Sebagai manusia yang sudah mampu berpikir operasional formal, seorang remaja harus mampu berpikir kritis. Artinya mampu menganalisa segala sesuatu, keadaan, permasalahan dengan pikiran yang sehat dan benar. Paling tidak ada empat pola pikir yang hams dikembangkan remaja atau orang yang sudah mampu berpikir secara operasional formal, yaitu proaktif, kreatif, positif, dan komprehensif.

B. Pola Pikir Proaktif
Untuk memahami pola pikir proaktif tidak dapat dilepaskan dan dua kata, yaitu inisiatif dan positif. Pola pikir proaktif seseorang terbentuk dan inisiatif yang positif, bukan yang negatif. Artinya segala inisiatif yang timbul dan pikiran diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu secara baik demi suatu kemajuan.

Seseorang yang mempunyai pola pikir proaktif tidak pernah berhenti untuk berpikir demi sebuah kemajuan. Kemajuan dapat terjadi apabila pola pikir proaktif diwujudkan dalam tindakan. Pola pikir proaktif lebih dan sekadar kompetensi kognitif. Lebih jauh dan itu juga berhubungan dengan kompetensi motorik seseorang, yaitu kemampuan dalam bentuk tindakan fisik.

C. Pola Pikir Kreatif
Usia remaja adalah usia yang penuh dengan imajinasi. Seberapa banyakdan kalian yang berjenis kelamin laki-laki suka membongkar sepeda motor dengan sedikit memberi variasi pada bentuknya. Sedangkan bagi kalian yangperempuan seberapa banyak yang suka menulis tentang kisah kehidupan sendin pada sebuah “diary”. Semua tindakan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa para remaja sungguh kreatif.

Menurut James C dan Coustances L. Hammer yang dikutip W. Kristiani’ menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah berpikir yang menghasilkan cara-cara, pengertian, penemuan dan karya seni yang baru. Intinya ada sesuatu yang baru yang dihasilkan melalui proses berpikir tersebut. Dari yang belum ada menjadi ada dan dari yang lama menjadi baru.

Anak-anak yang suka mencoret-coret tembok atau dinding di sembarang tempat, pada dasarnya adalah anak yang kreatif. Namun, kreativitas yang dimilikinya tidak dikendalikan di tempat yang benar. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman bahwa kreativitas yang ada dilihat dan bingkai etika, yang memang sering kali bertentangan dengan hakikat kreativitas yang tidak mengenal  batas ruang dan waktu dalam menuangkan ide kreatifnya.

Tetapi sebagai manusia dewasa, kita perlu mengembangkan kreativitas secara tepat dan benar. Hal ini perlu disadari karena kehidupan manusia tidak pernah terlepas dan etika. Tentu kita akan merasa bangga karena menjadi teladan dan bukannya dikenal sebagai orang yang kreatif negatif. Misalnya, teroris. Meskipun mereka adalah orang yang paling jahat, di sisi lain mereka termasuk orang-orang kreatif karena bisa membuat bom yang hebat. Namun, manusia beragama, termasuk orang Kristen, sangat tidak mau disebut sebagai teroris yang membunuh orang tanpa dosa (bandingkan dengan Ulangan 5:17).

D. Pola Pikir Positif
Tentu kita pernah mendengar ungkapan positive thinking. Ungkapan tersebut sering digunakan untuk merujuk pada suatu pemikiran yang selalu mencari sisi baiknya dalam segala hal. Lawannya adalah negative thinking, yaitu pola pikir yang selalu melihat sesuatu dan sisi buruknya.

Temyata tidak mudah untuk ber-positive thinking. Manusia cenderung memiliki sikap ber-negative thinking. Manusia lebih suka membicarakan kejelekan seseorang daripada kebaikannya. ini sebenarnya dapat diatasi apabila manusia menyadari keberadaannya sebagai manusia yang tidak sempuma. Kesadaran ini sangat memungkinkan manusia untuk memiliki sikap menghargai kelemahan dan kelebihan seseorang (Efesus 4:17).

E. Pola Pikir Komprehensif
Pola pikir yang juga perlu dimiliki oleh manusia adalah pola pikir komprehensif. Pengertian komprehensif sendiri, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah luas meliputi banyak hal. Pola pikir komprehensif adalah pola pikir yang terbuka, tidak eksklusif (tertutup). Di dalamnya ada sikap menghargai pemikiran orang lain dan mampu menampung kepelbagaian.

Pola pikir proaktif, kreatif, dan positif juga menjadi bagian dan pola pikir komprehensif sebagai suatu pola pikir yang utuh dan terbuka. Apabila dilihat hubungan antara 4 pola pikir tersebut diketahui bahwa pola pikir
komprehensif terbentuk atas pola pikir proaktif, kreatif, dan positif.

Ketiga pola pikir itu pun berkaitan erat. Pola pikir positif dan kreatif Mampu menciptakan pola pikir proaktif. Sedangkan pola pikir kreatif mampumenimbulkan pola pikir positif. Demikian pula sebaliknya, pola pikir positif akan dapat menumbuhkan pola pikir kreatif, karena biasanya orang yang “positive thinking” akan mempunyai kehidupan yang menyenangkan.Keadaan ini dapat merangsang kreativitas seseorang.

F. Manfaat Pola Pikir Proaktif, Kreatif, Positif, dan Komprehensif
Keempat pola pildr tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang apabila dikembangkan. Misalnya, pola pikir proaktif akan sangat berguna di bidang kepemimpinan. Bagi kalian yang suka terlibat dalam sebuah organisasi sangat perlu memiliki sikap proaktif untuk menjalankan visi dan misi organisasi supaya dapat berjalan lancar. Tanpa mau menjadi proaktif, seorang pemimpm tidak akan dapat menjalankan kepemimpmnan secara efektif dan efisien.

Sedangkan untuk pola pikir kreatif sangat bermanfaat di bidang seni. Mereka yang suka mencoret-coret tembok di sembarang tempat perlu mengembangkan diri secara benar dan tepat. Misalnya, dengan masuk ke dalam sanggar seni. Bagi orang-orang yang menyadari kebutuhan akan keberadaan orang lain, mereka perlu membangun sikap positif dan komprehensif. Tanpa sikap tersebut manusia tidak akan mampu menjalin relasi

dengan sesamanya secara baik. Terlebih bagi mereka yang mempunyai perbedaan latar belakang sosial, agama, suku bangsa dan perbedaanperbedaan yang lain. Tentang menjalirt relasi dengan orang lain akan dibahas dalam materi pelajaran selanjutnya.
Share this article :

Post a Comment

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger