Apa itu
seni? Apa itu keindahan? Apa bedanya antara seni dan keindahan?
SENI, menurut kamus
Webster, th.
- Disposisi (pengaturan) maupun
modifikasi sesuatu berkat ketrampilan manusia, sesuai dengan yang
dimaksud. Dalam arti ini, seni dipertentangkan dengan alam.
- Karya kreatif yang memiliki bentuk
& keindahan: seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, drama,
tari, dsb. Istilah fine art biasanya digunakan secara terbatas: seni
grafis, gambar, lukis, patung, keramik, dan arsitektur.
- Istilah seni digunakan
dalam cabang ttt seperti sastra, musik. Dalam arti ini, seni (art) dipertentangkan dengan ilmu
pengetahuan (science).
RANGKUMAN:
Seni: Karya Kreatif Yang Dihasilkan
Oleh Bakat & Ketrampilan Manusia, Yang Memiliki Bentuk & Keindahan: Seni Lukis, Patung, arsitektur, musik, sastra, drama, tari, dsb.
Apa itu keindahan? Menurut Internet,
- Suatu
anugerah khusus, sifat, perhiasan maupun sesuatu yang luar biasa; sesuatu
yang indah, misalnya alam yang indah.
- Bakat
khusus maupun kepemilikan khusus yang menyenangkan mata, telinga, intelek,
fakultas estetis , maupun indera (sense) moral.
- Orang tampan, misalnya wanita cantik.
Kamus
- Suatu kualitas yang memberi kesenangan pada
indera.
- Wanita yang tampak sangat menawan dan menggoda.
Kesimpulan
Keindahan: anugerah maupun sifat khusus yang luar biasa, yang memberi
kesenangan pada indera, intelek &
batin manusia.
Keindahan indera
meliputi aspek yang berkaitan dengan penglihatan (alam, lukisan,
manusia; warna, bentuk bundar, lonjong), pendengaran (alam, musik), perabaan
(halus, lembut), pencecapan (enak, lezat), penciuman (wangi,
harum, sedap).
Keindahan
batin: cinta, baik, …
Beda Seni dan keindahan? Keindahan lebih dimiliki
oleh alam? Bersifat alami, sedang seni sudah merupakan campur tangan dari
kreativitas & rekayasa manusia?
Batasan estetika
cukup beraneka ragam. Hal-hal yang biasanya dibicarakan dalam estetika (hlm.
21).
1. Keindahan
2. Keindahan
dalam alam dan seni
3. Keindahan
khusus pada seni
4. Keindahan
dan Seni
5. Seni (segi
penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
6. Citarasa
7. Ukuran
nilai baku
8. Keindahan
dan kejelekan
9. Nilai
non-moral (nilai estetis)
10. Benda estetis
11. Pengalaman estetis.
Jack Marritain
Proses penghayatan
estetis bersumber pada persepsi alamiah-faktual lewat daya2 indera. Ketika kita
di sore hari …. Atau di puncak gunung menyaksikan fajar menyibak di ufuk Timur.
Dalam suasana hening, kita merasakan keindahan yang memukau.
Berhadapan dng keindahan:
- Terpesona; rasakan keindahan
memukau; kenikmatan rohani; larut dalam kontemplasi; mengagumi keindahan
alam; terbawa kekuatan alam. Hilang kesadaran.
- Merasa diri kecil, tersedot oleh kekuatan alam. Lenyap
perbedaan antara Subjek dengan Objek. Lebur
antara dunia besar (makro kosmos, alam) dengan dunia kecil (mikro kosmos,
aku). Aku terangkat ke dalam
sesuatu yang agung.
Berbagai daya kekuatan dalam diriku melebur, menyatu sempurna sbg
manusia.
- Orang tsb
ingin sekali mengabadikan pengalaman tsb. Kemudian ia ingin
mengungkapkan pengalaman yang mencengkam itu lewat kanvas, tarian, lagu,
bahasa. Lahirlah karya itu. Bila
pengungkapan itu tercapai, hilanglah perasaan tercengkam/tertekan itu.
Dia lega dan puas, berhasil membebaskan ketercekaman yang menindihnya.
Maka lahirnya hasil sastra itu merupakan katharsis bagi pengarang.
Dalam
pengalaman estetis, lenyaplah perbedaan antara subyek (aku yang mengamati alam)
dan obyek (alam). Aku seolah meluluh dengan alam sekitar, aku merasa terangkat
dalam sesuatu yang lebih besar dan agung daripada aku. Sekaligus lenyaplah
(untuk sementara) perbedaan antara berbagai daya kekuatan dalam diriku sendiri,
misalnya perbedaan antara jiwa dan tubuh, perbedaan antara akal budi, kemauan,
emosi dan lain2. Tercapailah dalam diriku suatu keseimbangan, suatu peleburan
dan keutuhan sempurna sebagai manusia.
Terjadi semacam interpenetrasi (saling menerobos) antara
alam dan manusia. Kedua belah pihak saling meluluh tanpa kehilangan
identitasnya masing2. Manusia yang merasakan getaran keindahan alam mengadakan
semacam identifikasi spiritual dengan alam itu, bahkan alam memasuki kalbunya.
Sebaliknya manusia memasuki alam (Maritain). Para ahli menganalisa pengalaman
tentang keindahan timbul dari perjumpaan dengan alam.
PENGALAMAN ESTETIS (Barat)
Proses
penghayatan pengarang berpangkal dari pengalaman yang bersumber pada persepsi
alamiah-faktual lewat daya2 indera. Ketika kita di sore hari entah di sebuah
desa maupun di pantai, menghadap ke barat, kita terpesona oleh keindahan bola
mentari yang mau tenggelam. Atau di puncak gunung menyaksikan fajar menyibak di
ufuk Timur. Dalam suasana hening, kita merasakan keindahan yang memukau. Dalam
sekejap kita akan merasakan kenikmatan rohani. Kita akan larut dalam
kontemplasi sejenak, mengagumi keindahan alam. Terdiam. Orang merasa terbawa oleh kekuatan alam.
Orang merasa lebur dalam alam. Merasa diri kecil. Kesadaran seolah terhisap
oleh sebuah kekuatan.
Keadaan tsb
berlangsung dalam sesaat. Beberapa detik, atau menit. Orang tsb ingin
sekali mengabadikan pengalaman tsb. Kemudian ia ingin mengungkapkan pengalaman
yang mencengkam itu lewat kanvas, tarian, lagu, bahasa. Lahirlah karya itu. Bila pengungkapan itu
tercapai, hilanglah perasaan tercengkam/tertekan itu. Dia lega dan puas, berhasil
membebaskan ketercekaman yang menindihnya. Maka lahirnya hasil sastra itu
merupakan katarsis bagi pengarang. Itulah proses penciptaan karya sastra: penghayatan
poetik. (Bandingkan dengan "pengalaman estetik" dari Dick
Hartoko).
Lenyaplah
perbedaan antara subyek (aku yang mengamati alam) dan obyek (alam). Aku seolah
meluluh dengan alam sekitar, aku merasa terangkat dalam sesuatu yang lebih
besar dan agung daripada aku.
Sekaligus
lenyaplah (untuk sementara) perbedaan antara berbagai daya kekuatan dalam
diriku sendiri, seperti misalnya perbedaan antara jiwa dan tubuh, perbedaan
antara akal budi, kemauan, emosi dan lain2. Tercapailah dalam diriku suatu
keseimbangan, suatu peleburan dan keutuhan sempurna sebagai manusia. Terjadi
semacam interpenetrasi (saling menerobos) antara alam dan manusia. Kedua belah
pihak saling meluluh tanpa kehilangan identitasnya masing2. Manusia yang
merasakan getaran keindahan alam mengadakan semacam identifikasi spiritual
dengan alam itu, bahkan alam memasuki kalbunya. Sebaliknya manusia memasuki
alam (Maritain).
Para ahli
menganalisa pengalaman tentang keindahan timbul dari perjumpaan dengan alam.
Monroe C. Beardsley mengungkapkan
bahwa pengalaman estetis menentramkan dan menggembirakan manusia.
Plotinos mendekatkan
pengalaman estetis dengan pengalaman religius, bahkan puncak perkembangan
estetis itu sendiri adalah pengalaman religius yang disebut pengalaman mistik.
Cuplikan sepenggal kisah
Affandi melukis di pantai Bali untuk beri
contoh inspirasi seni dan pengalaman estetis; atau hubungan antara alam dengan
seni.
Edgard Allan Poe mengatakan, sastra berfungsi sekaligus mengajarkan sesuatu. Horatius
menyatakan bahwa puisi itu indah dan berguna, dulce et utile. Seni yang
mampu mengartikulasikan perenungan itu memberikan rasa senang. Pengalaman
mengikuti artikulasi itu memberikan rasa lega. Kedua segi itu bukan hanya harus
ada, melainkan harus saling mengisi. Kesenangan yang diperoleh dari seni bukan
hanya kesenangan fisik, melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu
kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Akhir-akhir ini ada kecenderungan
untuk membuktikan bahwa manfaat sastra terletak pada segi pengetahuan yang
disampaikannya. Sekarang hendak dibuktikan bahwa sastra memberikan pengetahuan
dan filsafat. Salah satu nilai kognitif drama dan novel adalah segi psikologisnya.
“Novelist dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada
psikolog. Karen Horney menunjuk Dostoyevsk, Shakespeare, Ibsen, dan Balzac
sebagai sumber studi psikologi. E.M. Forster dalam Aspect of the novel
mengatakan, novel sangat berjasa mengungkapkan kehidupan batin tokoh-tokohnya.
Novel-novel besar barangkali bisa menjadi buku sumber bagi para psikolog
(Oediphus complex).
Fungsi sastra, menurut
sejumlah teoritikus, adalah untuk membebaskan pembaca maupun penulisnya dari
tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu.
Goethe konon terbebas dari Weltschmerz dengan menciptakan karyanya, The
Sorrows of Werther. Seorang pembaca novel maupun penonton
drama-tragedi juga mengalami perasaan lega. Apakah sejumlah karya sastra
membangkitkan emosi?
SENI (Ernst
Cassirer)
Bahasa dan seni
terus menerus bergerak di antara 2 kutub yang bertentangan, yaitu kutub objektif dan kutub subjektif. Fungsi utama keduanya adalah fungsi mimetis.
Bahasa dikatakan imitasi bunyi-bunyi, sedang seni adalah imitasi benda-benda
lahiriah. Imitasi merupakan naluri fundamental. Kata Aristoteles, “Imitasi merupakan hal yang wajar bagi manusia sejak
kanak-kanak. Manusia ialah binatang paling suka meniru dibanding binatang lain.
Manusia belajar lewat cara meniru.”
Musik
pun merupakan gambaran dari benda-benda. Permainan seruling, tari-tarian tak
lain adalah peniruan. Pemain seruling dan penari, melalui irama-irama, lagu,
gerak menirukan apa yang dilakukan dan dialami manusia. Tindakan dan watak
manusia. Horatius mengatakan, “Ut pictura poesis” (puisi bagaikan
lukisan). Simonides berkata, “lukisan adalah puisi diam, dan puisi adalah
lukisan kata-kata. Puisi dan lukisan
berbeda hanya dalam cara dan sarananya, bukan karena fungsi utamanya.
Namun teori-teori imitasi tidak
membatasi karya seni hanya pada reproduksi realitas secara mekanis saja. Terbuka bagi kreativitas dan spontanitas seniman. Aristoteles
mengatakan, bahwa kemustahilan yang menyakinkan lebih disukai daripada
ketidakmustahilan yang tidak menyakinkan.
Para
Neoklasik pada abad XVI hingga Abbe
Batteux berpendapat, bahwa seni tidak mereproduksi alam secara umum tanpa
pilih-pilih, melainkan hanya alam yang
molek saja (la belle nature).
Teori
imitasi ini bisa bertahan hingga paruh pertama abad XVI. Rousseau menolak teori klasik maupun neoklasik. Menurutnya, seni bukanlah deskripsi maupun
reproduksi dunia empiris, melainkan
luapan emosi perasaan (Nouvelle
Heloise). Di Jerman, paham Rousseau ini diikuti oleh Herder dan Goethe. Sejak itu
teori keindahan memperoleh bentuk baru. Menurut Goethe, seni kreatif lahir,
karena manusia tergoda untuk memperindah dunia sekitar. Maka seni karakteristik (unik, individual, “muncul
dari dalam”, orisinal, mandiri) merupakan seni sejati.
Seni
karakteristik atau seni ekspresif merupakan “luapan spontan daya-daya perasaan”. Seni bersifat reproduktif, meskipun bukan
reproduksi benda-benda atau objek fisik, melainkan reproduksi hidup batiniah,
afeksi-afeksi dan emosi-emosi.
Art Meaning and Definition – internet
- Kemahiran; ketrampilan; keahlian
- Penerapan ketrampilan menghasilkan
sesuatu yang indah dengan tiruan maupun rancangan, misalnya seperti lukisan, pahatan.
- Hasil dari kreativitas
manusia; karya seni secara kolektif.
- Kreasi dari hal-hal yang
penting dan indah.
- Ketrampilan khusus yang
bisa dipelajari dengan studi dan latihan maupun pengamatan.
KEDUDUKAN SENI (Rendra)
Manusia terdiri dari unsur Rohani
dan Jasmani. Manusia mempunyai kebutuhan yang sifatnya jasmani dan rohani. Pertanian, perdagangan, keamanan, teknologi,
kesehatan dan industri adalah bidang yang berkaitan dengan jasmani.
Percintaan, persahabatan, penghayatan
agama/iman, ibadah, kesenian adalah bidang rohani. Pendidikan sebagian
bersifat jasmani, yaitu pengajarannya, sedang penanaman nilai bersifat rohani.
Bidang2 jasmani memerlukan efisiensi. Di dalam hidup ada hal2 yang tidak
praktis dan tidak efisien, tetapi sangat diperlukan, misalnya bercinta,
berrumah tangga, bersahabat, upacara keagamaan, ibadah, dsb.
Aneh menuntut
percintaan dengan kekasih atau bercengkarama dengan putra-putri secara praktis
dan efisien. Demikian
pula dalam persahabatan, peribadatan, doa, dsb.
Unsur Rohani
dan Jasmani sama pentingnya. Tanpa roh, manusia menjadi robot, tanpa jasmani
manusia menjadi hantu. Kesenian adalah urusan roh. Keduanya tidak praktis dan
tidak efisien. Manusia tidak akan mati tanpa seni, dan kesehatannya baik2 saja.
Tetapi tanpa seni dan sastra, masyarakat akan miskin rohaninya. Dalam kehidupan
suatu bangsa, prestise yang dihasilkan oleh penyair dan sastrawan sering lebih
panjang umurnya dibandingkan prestise sosial, politik, dan ekonomi. Kekayaan
sosial, politik, ekonomi Yunani purba, Prusia, Singasari dan Majapahit sudah
lama dilupakan orang, tetapi kejayaan seni, filsafat dan sastra masih bisa
dirasakan sampai detik ini: Plato, Sophocles, Heinrich Heine, Empu Sedah, dan
Empu Prapanca, Shakespeare, Ronggowarsito, Raden Saleh.
Dalam
masyarakat primitif, menurut Eliade, mitos2 tidak hanya penting, melainkan
sangat menentukan manusia purba. Demikian pula puisi dan drama mendapat tempat
istimewa. Puisi dan drama muncul sebagai keperluan upacara2 penting dalam hidup
manusia, misalnya upacara kelahiran, turun-tanah, khitanan, tunangan, menikah,
kematian, menanam, menuai, mendirikan rumah, masuk rumah, pindah rumah, dsb.
Para penyair
dan dramawan sangat fungsional dalam masyarakat. Mereka punya kedudukan sebagai
saman atau pawang. Demikian pula tukang cerita, tukang kentrung dalam
masyarakat kita.
Dalam
masyarakat sekarang, kebutuhan roh akan agama, kesenian dan filsafat
disederhanakan menjadi kebutuhan akan hiburan. Dalam alam industri dan
teknologi modern, kesenian beralih-fungsi menjadi hiburan untuk komersial:
night club, bar, diskotik dan klub karaoke.
Apakah roh
telah mati? Apakah roh bisa sirna hanya karena industri dan teknologi? Ternyata
tidak! Agama tidak bisa dihilangkan dari satu bangsa, begitu pula kesenian dan
filsafat. Selalu saja muncul seniman2 yang bertahan menderita dan kesepian,
akhirnya menjelma menjadi raksasa tanpa mengkompromikan seninya menjadi
hiburan. Kesenian yang unggul tetap muncul dan dihargai. Berapa banyak hadiah
seni bergengsi diberikan kepada tokoh seni. Agama, filsafat berkembang di
mana2. ...
KEINDAHAN: PANDANGAN ROMANTIK
Menurut Ernest Cassirer, keindahan tak pernah selesai diperdebatkan.
Penyair Romantik, John Keats (1750 - 1821), dalam Endymion (1817),
mengatakan, A thing of beauty is a joy forever: Its loveliness increases; it
will never pass into nothingness.
Sesuatu yang indah adalah
kegembiraan, kesukaan, kebahagiaan selama-lamanya. Kemolekannya bertambah, dan
tak pernah berlalu ke ketiadaan. Konsep keindahan baru dapat berkomunikasi
dengan penciptanya sendiri setelah ada bentuk yang diberikan oleh imaginasi.
Apa yang ditangkap oleh imaginasi sebagai keindahan adalah kebenaran.
Keats
mengatakan, sesuatu yang indah memberi perasaan suka cita yang dalam, dan daya
tariknya selalu bertambah. Dengan demikian, sesuatu yang indah adalah abadi. Karya Dante (126-1321), Beethoven (1770 -
1827), Michaelangelo (1745-1864), Basuki Abdullah, Affandi, yang tidak pernah
dilupakan orang adalah indah, dan karena itu abadi. Dari jaman ke jaman orang
selalu menikmatinya, dan setiapkali
orang menikmatinya, daya tarik karya selalu bertambah. Lukisan
"Monalisa" sampai sekarang menjadi legenda yang tak pernah padam.
Bahkan sampai dilagukan.
Dalam sikap
estetis, digunakan istilah-istilah detachment
(tak terpengaruh), disinterested (tanpa pamrih), impartially (netral, tak
memihak), aesthetic distance (Mudji Sutrisno, 1993: 16). Keindahan dalam
arti terluas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang di
dalamnya tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang
indah dan hukum yang indah.
Menurut
Plato, yang indah dan sumber segala
keindahan adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan
sebagai ciri khas dari keindahan, baik dalam alam maupun dalam karya seni.
Di samping itu kepaduan juga
merupakan ciri keindahan. Yang paling indah adalah idea. Karya seni bagi Plato
merupakan tiruan dari tiruan, yang jauh dari kebenaran sejati.
Sedang
Aristoteles merumuskan keindahan
sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Menurut Aristoteles,
keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran material. Katharsis adalah puncak dan tujuan
karya seni drama dalam bentuk tragedi. Menurut Aristoteles, segala peristiwa,
pertemuan, wawancara, permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan,
harus disusun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara
serentak semuanya tampak "logis" tetapi juga seolah-olah "tak
terduga". Katharsis sebagai pembebasan batin dari segala pengalaman
penderitaan. Memiliki makna terapeutis dari segi kejiwaan. Ada unsur perubahan
sikap batin menuju ke kebaikan.
Plotinos menulis tentang ilmu yang
indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah
pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah (414). Menurut Plotinos,
keindahan terbentuk apabila ada persatuan antara pelbagai bagian yang berbeda
satu sama lain. Persatuan hanya bisa terjadi jika ada heteroginitas.
Dalam
lingkungan Stoa, seni dikaitkan dengan keteraturan
dan simetri, karena itu
mendukung dan menimbulkan ketentraman jiwa. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal
pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya 'symmetria' untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada
karya pahat dan arsitektur) dan 'harmonia'
untuk keindahan pendengaran (musik).
Pengertian
keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan
alam, seni, moral dan intelektual (hlm. 35).
Kualitas yang paling
sering disebut adalah unity (kesatuan), harmony (keselarasan), symmetry (kesetangkupan), balance (keseimbangan) dan contrast (pertentangan) 416.
Teori agung tentang keindahan menjelaskan bahwa: "keindahan terdiri
dari perimbangan dari bagian2, lebih tepat perimbangan dan susunan dari
bagian2, atau lebih tepat lagi terdiri dari ukuran, persamaan dan jumlah dari
bagian2 serta hubungan2 satu sama lain (5. 22).
De
Witt H. Parker menulis dalam bukunya The Analysis of Art mengenai ciri2
dari bentuk estetis. Buku yang lain, The Priciples of Aesthetics (1920)
menyebut ciri2 umum dari bentuk estetika menjadi 6 asas, yaitu asas kesatuan
utuh, asas tema, asas variasi menurut
tema, asas keseimbangan, asas perkembangan, dan asas hierarki (5.32).
Monroe Beardsley
dalam Aesthetics: problems in the Philosophy of Criticism) yang
menjelaskan adanya 3 ciri keindahan, a.
Kesatuan; b. Kompleksitas; c. intensitas (5.33).
Agustinus juga
menghubungkan keindahan dengan keselarasan, keseimbangan, keteraturan. Bagi
Thomas Aquinas, keindahan harus mencakup 3 kualitas: integritas, proporsi atau keselarasan yang benar dan kecemerlangan.
No comments:
Post a Comment