Pages - Menu

Tuesday, January 14, 2014

PENGERTIAN SENI

Apa itu  seni? Apa itu keindahan? Apa bedanya antara seni dan keindahan?
SENI,  menurut kamus Webster, th.
  1. Disposisi (pengaturan) maupun modifikasi sesuatu berkat ketrampilan manusia, sesuai dengan yang dimaksud. Dalam arti ini, seni dipertentangkan dengan alam.
  2. Karya kreatif yang memiliki bentuk & keindahan: seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, drama, tari, dsb. Istilah fine art biasanya digunakan secara terbatas: seni grafis, gambar, lukis, patung, keramik, dan arsitektur.
  3. Istilah seni digunakan dalam cabang ttt seperti sastra, musik. Dalam arti ini, seni  (art) dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan (science).

RANGKUMAN:
Seni: Karya Kreatif Yang Dihasilkan Oleh Bakat & Ketrampilan Manusia, Yang Memiliki Bentuk & Keindahan: Seni Lukis, Patung, arsitektur, musik, sastra, drama, tari, dsb.

Apa itu keindahan? Menurut Internet,
  1. Suatu anugerah khusus, sifat, perhiasan maupun sesuatu yang luar biasa; sesuatu yang indah, misalnya alam yang indah.
  2. Bakat khusus maupun kepemilikan khusus yang menyenangkan mata, telinga, intelek, fakultas estetis , maupun indera (sense) moral.
  3. Orang tampan, misalnya wanita cantik.
Kamus
  1. Suatu kualitas yang memberi kesenangan pada indera.
  2. Wanita yang tampak sangat menawan dan menggoda.

Kesimpulan

Keindahan: anugerah maupun sifat khusus yang luar biasa, yang memberi kesenangan pada indera, intelek  & batin manusia.

Keindahan indera meliputi aspek yang berkaitan dengan penglihatan (alam, lukisan, manusia; warna, bentuk bundar, lonjong), pendengaran (alam, musik), perabaan (halus, lembut), pencecapan (enak, lezat), penciuman (wangi, harum, sedap).
            Keindahan batin: cinta, baik, …

Beda Seni dan keindahan? Keindahan lebih dimiliki oleh alam? Bersifat alami, sedang seni sudah merupakan campur tangan dari kreativitas  & rekayasa manusia?

Batasan estetika cukup beraneka ragam. Hal-hal yang biasanya dibicarakan dalam estetika (hlm. 21).
1. Keindahan
2. Keindahan dalam alam dan seni
3. Keindahan khusus pada seni
4. Keindahan dan Seni
5. Seni (segi penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
6. Citarasa
7. Ukuran nilai baku
8. Keindahan dan kejelekan
9. Nilai non-moral (nilai estetis)
10. Benda estetis
11. Pengalaman estetis.

 Jack Marritain
Proses penghayatan estetis bersumber pada persepsi alamiah-faktual lewat daya2 indera. Ketika kita di sore hari …. Atau di puncak gunung menyaksikan fajar menyibak di ufuk Timur. Dalam suasana hening, kita merasakan keindahan yang memukau.

Berhadapan dng keindahan:
    1. Terpesona; rasakan keindahan memukau; kenikmatan rohani; larut dalam kontemplasi; mengagumi keindahan alam; terbawa kekuatan alam. Hilang kesadaran.
    2. Merasa diri kecil, tersedot oleh kekuatan alam. Lenyap perbedaan antara Subjek dengan Objek. Lebur antara dunia besar (makro kosmos, alam) dengan dunia kecil (mikro kosmos, aku). Aku terangkat ke dalam  sesuatu yang agung.  Berbagai daya kekuatan dalam diriku melebur, menyatu sempurna sbg manusia.
    3. Orang tsb ingin sekali mengabadikan pengalaman tsb. Kemudian ia ingin mengungkapkan pengalaman yang mencengkam itu lewat kanvas, tarian, lagu, bahasa.  Lahirlah karya itu. Bila pengungkapan itu tercapai, hilanglah perasaan tercengkam/tertekan itu. Dia lega dan puas, berhasil membebaskan ketercekaman yang menindihnya. Maka lahirnya hasil sastra itu merupakan katharsis bagi pengarang.

Dalam pengalaman estetis, lenyaplah perbedaan antara subyek (aku yang mengamati alam) dan obyek (alam). Aku seolah meluluh dengan alam sekitar, aku merasa terangkat dalam sesuatu yang lebih besar dan agung daripada aku. Sekaligus lenyaplah (untuk sementara) perbedaan antara berbagai daya kekuatan dalam diriku sendiri, misalnya perbedaan antara jiwa dan tubuh, perbedaan antara akal budi, kemauan, emosi dan lain2. Tercapailah dalam diriku suatu keseimbangan, suatu peleburan dan keutuhan sempurna sebagai manusia.

Terjadi semacam interpenetrasi (saling menerobos) antara alam dan manusia. Kedua belah pihak saling meluluh tanpa kehilangan identitasnya masing2. Manusia yang merasakan getaran keindahan alam mengadakan semacam identifikasi spiritual dengan alam itu, bahkan alam memasuki kalbunya. Sebaliknya manusia memasuki alam (Maritain). Para ahli menganalisa pengalaman tentang keindahan timbul dari perjumpaan dengan alam.

PENGALAMAN ESTETIS (Barat)

Proses penghayatan pengarang berpangkal dari pengalaman yang bersumber pada persepsi alamiah-faktual lewat daya2 indera. Ketika kita di sore hari entah di sebuah desa maupun di pantai, menghadap ke barat, kita terpesona oleh keindahan bola mentari yang mau tenggelam. Atau di puncak gunung menyaksikan fajar menyibak di ufuk Timur. Dalam suasana hening, kita merasakan keindahan yang memukau. Dalam sekejap kita akan merasakan kenikmatan rohani. Kita akan larut dalam kontemplasi sejenak, mengagumi keindahan alam. Terdiam.  Orang merasa terbawa oleh kekuatan alam. Orang merasa lebur dalam alam. Merasa diri kecil. Kesadaran seolah terhisap oleh sebuah kekuatan.
Keadaan tsb berlangsung dalam sesaat. Beberapa detik, atau menit. Orang tsb ingin sekali mengabadikan pengalaman tsb. Kemudian ia ingin mengungkapkan pengalaman yang mencengkam itu lewat kanvas, tarian, lagu, bahasa.  Lahirlah karya itu. Bila pengungkapan itu tercapai, hilanglah perasaan tercengkam/tertekan itu. Dia lega dan puas, berhasil membebaskan ketercekaman yang menindihnya. Maka lahirnya hasil sastra itu merupakan katarsis bagi pengarang. Itulah proses penciptaan karya sastra: penghayatan poetik. (Bandingkan dengan "pengalaman estetik" dari Dick Hartoko).
Lenyaplah perbedaan antara subyek (aku yang mengamati alam) dan obyek (alam). Aku seolah meluluh dengan alam sekitar, aku merasa terangkat dalam sesuatu yang lebih besar dan agung daripada aku.
Sekaligus lenyaplah (untuk sementara) perbedaan antara berbagai daya kekuatan dalam diriku sendiri, seperti misalnya perbedaan antara jiwa dan tubuh, perbedaan antara akal budi, kemauan, emosi dan lain2. Tercapailah dalam diriku suatu keseimbangan, suatu peleburan dan keutuhan sempurna sebagai manusia. Terjadi semacam interpenetrasi (saling menerobos) antara alam dan manusia. Kedua belah pihak saling meluluh tanpa kehilangan identitasnya masing2. Manusia yang merasakan getaran keindahan alam mengadakan semacam identifikasi spiritual dengan alam itu, bahkan alam memasuki kalbunya. Sebaliknya manusia memasuki alam (Maritain).
Para ahli menganalisa pengalaman tentang keindahan timbul dari perjumpaan dengan alam.
Monroe C. Beardsley mengungkapkan bahwa pengalaman estetis menentramkan dan menggembirakan manusia.
Plotinos mendekatkan pengalaman estetis dengan pengalaman religius, bahkan puncak perkembangan estetis itu sendiri adalah pengalaman religius yang disebut pengalaman mistik.
Cuplikan sepenggal kisah Affandi melukis di pantai Bali untuk beri contoh inspirasi seni dan pengalaman estetis; atau hubungan antara alam dengan seni.

Edgard Allan  Poe mengatakan, sastra berfungsi sekaligus mengajarkan sesuatu. Horatius menyatakan bahwa puisi itu indah dan berguna, dulce et utile. Seni yang mampu mengartikulasikan perenungan itu memberikan rasa senang. Pengalaman mengikuti artikulasi itu memberikan rasa lega. Kedua segi itu bukan hanya harus ada, melainkan harus saling mengisi. Kesenangan yang diperoleh dari seni bukan hanya kesenangan fisik, melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk membuktikan bahwa manfaat sastra terletak pada segi pengetahuan yang disampaikannya. Sekarang hendak dibuktikan bahwa sastra memberikan pengetahuan dan filsafat. Salah satu nilai kognitif drama dan novel adalah segi psikologisnya. “Novelist dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada psikolog. Karen Horney menunjuk Dostoyevsk, Shakespeare, Ibsen, dan Balzac sebagai sumber studi psikologi. E.M. Forster dalam Aspect of the novel mengatakan, novel sangat berjasa mengungkapkan kehidupan batin tokoh-tokohnya. Novel-novel besar barangkali bisa menjadi buku sumber bagi para psikolog (Oediphus complex).
            Fungsi sastra, menurut sejumlah teoritikus, adalah untuk membebaskan pembaca maupun penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu. Goethe konon terbebas dari Weltschmerz dengan menciptakan karyanya, The Sorrows  of Werther. Seorang pembaca novel maupun penonton drama-tragedi juga mengalami perasaan lega. Apakah sejumlah karya sastra membangkitkan emosi?

SENI (Ernst Cassirer)
Bahasa dan seni terus menerus bergerak di antara 2 kutub yang bertentangan, yaitu kutub objektif dan kutub subjektif. Fungsi utama keduanya adalah fungsi mimetis. Bahasa dikatakan imitasi bunyi-bunyi, sedang seni adalah imitasi benda-benda lahiriah. Imitasi merupakan naluri fundamental. Kata Aristoteles, “Imitasi merupakan hal yang wajar bagi manusia sejak kanak-kanak. Manusia ialah binatang paling suka meniru dibanding binatang lain. Manusia belajar lewat cara meniru.”
            Musik pun merupakan gambaran dari benda-benda. Permainan seruling, tari-tarian tak lain adalah peniruan. Pemain seruling dan penari, melalui irama-irama, lagu, gerak menirukan apa yang dilakukan dan dialami manusia. Tindakan dan watak manusia.   Horatius mengatakan, “Ut pictura poesis” (puisi bagaikan lukisan). Simonides berkata, “lukisan adalah puisi diam, dan puisi adalah lukisan  kata-kata. Puisi dan lukisan berbeda hanya dalam cara dan sarananya, bukan karena fungsi utamanya.
            Namun teori-teori imitasi tidak membatasi karya seni hanya pada reproduksi realitas secara mekanis saja. Terbuka bagi kreativitas dan spontanitas  seniman. Aristoteles mengatakan, bahwa kemustahilan yang menyakinkan lebih disukai daripada ketidakmustahilan yang tidak menyakinkan.
            Para Neoklasik pada abad XVI hingga Abbe Batteux berpendapat, bahwa seni tidak mereproduksi alam secara umum tanpa pilih-pilih, melainkan hanya alam yang molek saja (la belle nature).
            Teori imitasi ini bisa bertahan hingga paruh pertama abad XVI. Rousseau menolak teori klasik maupun neoklasik. Menurutnya, seni bukanlah deskripsi maupun reproduksi dunia empiris, melainkan luapan emosi perasaan  (Nouvelle Heloise). Di Jerman, paham Rousseau ini diikuti oleh Herder dan Goethe. Sejak itu teori keindahan memperoleh bentuk baru. Menurut Goethe, seni kreatif lahir, karena manusia tergoda untuk memperindah dunia sekitar. Maka seni karakteristik (unik, individual, “muncul dari dalam”, orisinal, mandiri) merupakan seni sejati.
            Seni karakteristik atau seni ekspresif merupakan “luapan spontan daya-daya perasaan”.  Seni bersifat reproduktif, meskipun bukan reproduksi benda-benda atau objek fisik, melainkan reproduksi hidup batiniah, afeksi-afeksi dan emosi-emosi.

Art Meaning and Definition – internet
  1. Kemahiran; ketrampilan; keahlian
  2. Penerapan ketrampilan menghasilkan sesuatu yang indah dengan tiruan maupun rancangan, misalnya  seperti lukisan, pahatan.
  3. Hasil dari kreativitas manusia; karya seni secara kolektif.
  4. Kreasi dari hal-hal yang penting dan indah.
  5. Ketrampilan khusus yang bisa dipelajari dengan studi dan latihan maupun pengamatan.
KEDUDUKAN SENI (Rendra)
Manusia terdiri dari unsur Rohani dan Jasmani. Manusia mempunyai kebutuhan yang sifatnya jasmani dan rohani. Pertanian, perdagangan, keamanan, teknologi, kesehatan dan industri adalah bidang yang berkaitan dengan jasmani. Percintaan, persahabatan, penghayatan agama/iman, ibadah, kesenian adalah bidang rohani. Pendidikan sebagian bersifat jasmani, yaitu pengajarannya, sedang penanaman nilai bersifat rohani. Bidang2 jasmani memerlukan efisiensi. Di dalam hidup ada hal2 yang tidak praktis dan tidak efisien, tetapi sangat diperlukan, misalnya bercinta, berrumah tangga, bersahabat, upacara keagamaan, ibadah, dsb.
Aneh menuntut percintaan dengan kekasih atau bercengkarama dengan putra-putri secara praktis dan efisien. Demikian pula dalam persahabatan, peribadatan, doa, dsb.
Unsur Rohani dan Jasmani sama pentingnya. Tanpa roh, manusia menjadi robot, tanpa jasmani manusia menjadi hantu. Kesenian adalah urusan roh. Keduanya tidak praktis dan tidak efisien. Manusia tidak akan mati tanpa seni, dan kesehatannya baik2 saja. Tetapi tanpa seni dan sastra, masyarakat akan miskin rohaninya. Dalam kehidupan suatu bangsa, prestise yang dihasilkan oleh penyair dan sastrawan sering lebih panjang umurnya dibandingkan prestise sosial, politik, dan ekonomi. Kekayaan sosial, politik, ekonomi Yunani purba, Prusia, Singasari dan Majapahit sudah lama dilupakan orang, tetapi kejayaan seni, filsafat dan sastra masih bisa dirasakan sampai detik ini: Plato, Sophocles, Heinrich Heine, Empu Sedah, dan Empu Prapanca, Shakespeare, Ronggowarsito, Raden Saleh.
Dalam masyarakat primitif, menurut Eliade, mitos2 tidak hanya penting, melainkan sangat menentukan manusia purba. Demikian pula puisi dan drama mendapat tempat istimewa. Puisi dan drama muncul sebagai keperluan upacara2 penting dalam hidup manusia, misalnya upacara kelahiran, turun-tanah, khitanan, tunangan, menikah, kematian, menanam, menuai, mendirikan rumah, masuk rumah, pindah rumah, dsb.
Para penyair dan dramawan sangat fungsional dalam masyarakat. Mereka punya kedudukan sebagai saman atau pawang. Demikian pula tukang cerita, tukang kentrung dalam masyarakat kita.
Dalam masyarakat sekarang, kebutuhan roh akan agama, kesenian dan filsafat disederhanakan menjadi kebutuhan akan hiburan. Dalam alam industri dan teknologi modern, kesenian beralih-fungsi menjadi hiburan untuk komersial: night club, bar, diskotik dan klub karaoke.
Apakah roh telah mati? Apakah roh bisa sirna hanya karena industri dan teknologi? Ternyata tidak! Agama tidak bisa dihilangkan dari satu bangsa, begitu pula kesenian dan filsafat. Selalu saja muncul seniman2 yang bertahan menderita dan kesepian, akhirnya menjelma menjadi raksasa tanpa mengkompromikan seninya menjadi hiburan. Kesenian yang unggul tetap muncul dan dihargai. Berapa banyak hadiah seni bergengsi diberikan kepada tokoh seni. Agama, filsafat berkembang di mana2. ...

KEINDAHAN: PANDANGAN ROMANTIK

Menurut Ernest Cassirer, keindahan tak pernah selesai diperdebatkan. Penyair Romantik, John Keats (1750 - 1821), dalam Endymion (1817), mengatakan, A thing of beauty is a joy forever: Its loveliness increases; it will never pass into nothingness.
Sesuatu yang indah adalah kegembiraan, kesukaan, kebahagiaan selama-lamanya. Kemolekannya bertambah, dan tak pernah berlalu ke ketiadaan. Konsep keindahan baru dapat berkomunikasi dengan penciptanya sendiri setelah ada bentuk yang diberikan oleh imaginasi. Apa yang ditangkap oleh imaginasi sebagai keindahan adalah kebenaran.
            Keats mengatakan, sesuatu yang indah memberi perasaan suka cita yang dalam, dan daya tariknya selalu bertambah. Dengan demikian, sesuatu yang indah adalah abadi. Karya Dante (126-1321), Beethoven (1770 - 1827), Michaelangelo (1745-1864), Basuki Abdullah, Affandi, yang tidak pernah dilupakan orang adalah indah, dan karena itu abadi. Dari jaman ke jaman orang selalu menikmatinya, dan setiapkali orang menikmatinya, daya tarik karya selalu bertambah. Lukisan "Monalisa" sampai sekarang menjadi legenda yang tak pernah padam. Bahkan sampai dilagukan.

Dalam sikap estetis, digunakan istilah-istilah detachment (tak terpengaruh), disinterested (tanpa pamrih), impartially (netral, tak memihak), aesthetic distance (Mudji Sutrisno, 1993: 16). Keindahan dalam arti terluas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang di dalamnya tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah.
            Menurut Plato, yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan sebagai ciri khas dari keindahan, baik dalam alam maupun dalam karya seni. Di samping itu kepaduan juga merupakan ciri keindahan. Yang paling indah adalah idea. Karya seni bagi Plato merupakan tiruan dari tiruan, yang jauh dari kebenaran sejati.
            Sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Menurut Aristoteles, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran material. Katharsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Menurut Aristoteles, segala peristiwa, pertemuan, wawancara, permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan, harus disusun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya tampak "logis" tetapi juga seolah-olah "tak terduga". Katharsis sebagai pembebasan batin dari segala pengalaman penderitaan. Memiliki makna terapeutis dari segi kejiwaan. Ada unsur perubahan sikap batin menuju ke kebaikan.
            Plotinos menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah (414). Menurut Plotinos, keindahan terbentuk apabila ada persatuan antara pelbagai bagian yang berbeda satu sama lain. Persatuan hanya bisa terjadi jika ada heteroginitas.
            Dalam lingkungan Stoa, seni dikaitkan dengan keteraturan dan simetri, karena itu mendukung dan menimbulkan ketentraman jiwa. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya 'symmetria' untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan 'harmonia' untuk keindahan pendengaran (musik).
Pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan alam, seni, moral dan intelektual (hlm. 35).
Kualitas yang paling sering disebut adalah unity (kesatuan), harmony (keselarasan), symmetry (kesetangkupan), balance (keseimbangan) dan contrast (pertentangan)  416.  Teori agung tentang keindahan menjelaskan bahwa: "keindahan terdiri dari perimbangan dari bagian2, lebih tepat perimbangan dan susunan dari bagian2, atau lebih tepat lagi terdiri dari ukuran, persamaan dan jumlah dari bagian2 serta hubungan2 satu sama lain (5. 22).
            De Witt H. Parker menulis dalam bukunya The Analysis of Art mengenai ciri2 dari bentuk estetis. Buku yang lain, The Priciples of Aesthetics (1920) menyebut ciri2 umum dari bentuk estetika menjadi 6 asas, yaitu asas kesatuan utuh, asas tema, asas variasi menurut tema, asas keseimbangan, asas perkembangan, dan asas hierarki (5.32).
Monroe Beardsley dalam Aesthetics: problems in the Philosophy of Criticism) yang menjelaskan adanya 3 ciri keindahan, a. Kesatuan; b. Kompleksitas; c. intensitas (5.33).
Agustinus juga menghubungkan keindahan dengan keselarasan, keseimbangan, keteraturan. Bagi Thomas Aquinas, keindahan harus mencakup 3 kualitas: integritas, proporsi atau keselarasan yang benar dan kecemerlangan.

No comments:

Post a Comment