Pengertian Pendekatan Open Ended : Penguasaan konsep, prinsip, fakta, dan prosedur dalam matematika merupakan sebuah keharusan bagi guru matematika dalam memeriksa kegiatan pembelajaran sehari-hari. Namun pemahaman materi atau konsep matematika semata tidaklah memberi jaminan ahwa pembelajaran akanberlangsung secara memuaskan. Seorang guru matematika yang berhasil adalah guru yang menguasai semua konsep matematika sekolah dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan (approach) dalam pembelajaran, serta mamapu menentukan pillihan strategi yang tepat untuk mengimplementasikan didalam kelas, dengan didasarkan pada karakter siswa, linngkungan belajar, dan topik yang disajikan.
Berbagai pendekatan yang mengiringi bagaimana sebuah konsep disajikan sangat berperan dalam upaya membuat siswa memahami konsep dengan baik, mampu bernalar dengan tepat, kreaif dalam menyelesaikan permasalahan matematis, dan menyadari betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa pendekatan, sebagai bagian dari proses pembelajaran, perlu mendapat perhatian guru dengan sebaik-baiknya.
Pendekatan yang dimaknai sebagaicara untuk sampai pada suatu konsep, sangat serta kaitannya dengan sifat konsep atau materi yang akan disampaikan. Ketepatan pemilihan pendekatan yang digunakan untuk menyampaikan suatu konsep adalah otonomi seorang guru, yang dipandang memiliki kewenangan dan kemampuan dalam memilih dan memilah pendekatan yanng tepat untuk diterapkan dalam konteks dan kondisi yang relevan.
Banyak sekali pendekatan yang diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini pendekatan yang dipilih untuk memahmai materi persegi panjang adalah Open Ended. Masalah konvensional yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah umumnya memiliki sifat yang sama, yaitu jawabannya tunggal dan sudah ditetpakan sebelumnya. Masalah juga sudah dirumuskan, sehingga jawabannya hanya terdiri atas dua kemungkinan: benar atau salah, bahkan jawaban yang benarna pun unik (tungal). Masalah seperti ini dinamakan masalah yang tertutup.
Pendekatan Open Ended pada awalnya dikembangkan di Jepang di tahun 70an. Dalam perkembangan pembelajaran yang dimunculkan Shimada (1977), telah dikembangkan masalah-masalah terbuka (Open Ended) atau masalah tak lengkat (Inclomplete problem). Masalah-masalah seperti ini memiliki banyak jawaban benar, yang juga mengandung banyak cara atau pendekatan.
Pendekatan Open Ended sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika, berawal dari kerja penelitian Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000).pendekatan ini merupakan jawaban atas permasalahan pendidikan matematika sekolah dasar yang aktivitasnya kerapkali bersifat “frontal teaching”, yang menjelaskan konsep baru did epan kelas kepada siswa, dan dlanjutkan dengan pemberian contoh penyelesaian beberapa soal.
Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan Open Ended suatu masalah yang tak lenngkap terlebih dahulu dikemukakan pada siswa. Berikutnya beberapa jawaban yang benar dikemukakan sebagai jawaban terhadap masalah yang diberikan untuk memeberikan pengalaman pada siswa tentang bagaimana menentukan sesuatu yang baru dalam proses yang berlangsung. Langkah ini dilakukan dengan memadukan pengetahuan, keterampilan dan cara brpikir siswa yang telah diperoleh sebelumnya.
Jawaban dari suatu tugas atau pertanyaan yang sifatnya Open Ended tidaklah mutlak tunggal, melainkan bisaterdiri dari berbagai jawaban. Ini berbeda dari pertanyaan tertutup yang hanya memiliki sebuah jawaban tunggal. Kedua jenis pertanyaan ini (tertutup dan terbuka) amat berguna dalam pembelajaran. Disaat siswa bekerja dalam kelompok, pertanyaan tertutup bisa mendorong mereka untuk mendiskusikan ebih jauh untuk memperoleh jawaban yang benar. Namun, pertnyaan yang terbuka juga sangat penting, karena siswa biasanya mampu menjawabsesuai dengan tingkat kemampuannya, karena tak ada jawaban tunggal yang benar.
Pertanyaan terbuka memungkinkan keterllibatan siswa lebih banyak karena siswa diminta memberi kontribusi yang lebih dari gagasan pribadinya. Ini berarti hasil dari kerja kelas akan lebih kaya lagi, dan akan muncul berbagai ide yang diekspresikan siswa, yang dapat dibandingkan dan didiskusikan. Dengan cara ini otonomi siswa mmungkinkan guru memperoleh ide yang baik tentang apa yang mampu dihasilkan siswa.
Pertanyaan-pertanyaan Open Ended merupakan alat yang mengagumkan karena mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, keterampilan pemecahan masalah matematis, dan pertumbuhan kognitif mereka.
Nohda (2000:1-39) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Open Ended didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:
- Berkaitan dengan prinsip otonomi kegiatan siswa. Ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai nilai kegiatan-kegiatan siswa.
- Berkaitan dengan hakikat terpadu dan evolusioner dari pengetahuan matematika. Materi matematika sifatnya teoritis dan sistematis. Makin penting esensi suautu pengetahuan, makin komprehesif pula pengetahuan analogo, pengetahuan khusus dan pengetahuan umum yang dikandungnya.
- Berkaitan dengan keputusan yang diambil guru di dalam kelas. Di dalam kelas seringkali guru menemukan adanya ide-ide siswa yang di luar dugaan. Ini berarti guru perlu brperan aktif dalam menampilkan ide siswa tersebut secara utuh, dan memberi kesempatan pada ssiwa lainnya untuk memahami ide-ide yang tak terduga.
Permasalahan yang dikemukakan dalam pendekatan Open Ended adalah maslah non rutin yang sifatnya terbuka. Pengertian terbuka ini bukan hanya dalam prosesnya, hasilnya, namun juga dalam cara-cara pengemangannya. Proses terbuka artinya tipe soalnya membuat cara-cara penyelesaian terbuka, sedangkan hasil akhir yang terbuka mengandung arti bahwa jawaban soal bersifat multiple (banyak jawaban). Cara pengembangan lanjutan terbuka berarti ketika siswa telah selesai mengerjakan penyelesaian masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi pada masalah awal (masalah pertama). Ini menunjukkan bahwa pendekatan Open Ended menyelesaikan masalah dan sekaligus memunculkan masalah baru (from problem to problem).
Situasi dalam pembelajaran Open Ended dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk melaksanakn pembelajaran dengan pendekatan Open Ended terdapat aspek yang perlu diperhatikan, yaitu “menerima” (accepting) dan “menantang” (challenge) (Brown dan Walter, 2003). Menerima (accepting) berkaitan dengan kemampuan siswa memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sudah ditentukan, sementara menantang (challenge) berkaitan dengan sejauh mana siswa tertantang untuk situasi yang diberikan, sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah matematika.
Shimada (1997:1) salah satu pencetus gagasan pembelajaran dengan pendekatan Open Ended menyataka bahwa pendekatan Open Ended berawal dari keinginan untuk mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dalam kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Nohda (1999) mengatakan bahwa tujuan pengembangan pendekatan pembelajaran Open Ended adalah untuk membantu mengembangkan aktivitas siswa secara kreatif dan meningkatkan kemampuan berpikir matematis mereka dalam memecahkan masalah. Melalui pendekatan ini diharapkan masing-masing siswa memiliki keleluasaan dalam memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi mengambil bagian dalam berbagai aktivitas matematis, dan siswa dengan kemampuan yang lebih rendah dapat menyenangi aktivitas mattematis sesuai dengnan tingkat kemampuannya.
Menurut Shimada (1997:1) pendekatan Open Ended merupakan suaut pendekatan dalam pembelajaran yang diawali dengan pengenalan pada sebuah masalah terbuka. Setelah suatu masalah diketengahkan, pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan sebuah jawaban yang benar dari masalah yanng dimunculkan, untuk memberikan ilustrasi dan pengalaman kepada siswa tentang cara-cara menemukan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa dapat menjawab permasalahan dengan banyaka cara yang beragam/bervariasi, yanng dapat memicu terbentuknya potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses penemuan hal-hal baru.
Sawada (1997:23) mengatakan bahwa dalam pendekatan Open Ended guru memberikan suatu masalah pada siswa yang ajwabanya bisa diperoleh melalui berbagai cara. Guru kemudain menggunakan perbedaan-perbedaan pendekatan atau cara yang digunakan siswa untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan atau enyelidiki sesuatu yang baru dengan menghubungkannya pada pengetahuan, keterampilan, dan metode-metode yang digunakan dalam konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya.
Siswa dihadapkan pada masalah-masalah terbuka. Tujuannya bukanlah sekedar berorientasi pada diperolehnya jawaban atau hasil akhir, melainkan lebih menekankan pada bagaimana siswa sampai pada suatu jawaban. Siswa dapat mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanannya, hal tersebut memberi peluang pada siswa untnuk menyelidiki dengan metode yang mereka sukai, dan memberikan kemungkinan elaborasi yang lebih besar dalam pemecahan masalah matematis. Proses ini memungkinkan munculnya suatu pengembangan yang lebih kaya dalam pemikiraan matematis siswa, yang akan membantu perkembangan aktivitas mereka.
Selain dapat mengembangkan pemikiran matematis siswa, pendekatan Open Ended juga bermanfaat bagi guru. Moon dan Schulman (Cooney, et al., 2002) mengatakan bahwa penggunaan masalah terbuka pada pendekatan Open Ended seringkali menuntut penjelasan siswa tentang pemikiran mereka, sehingga guru dapat memperoleh pengertaian yang mendalam dari gaya-gaya belajar mereka, bahasa yang mereka gunakan untuk menguraikan ide-ide matematis dan interpretasi mereka tentang suatu situasi mereka. Melalui uraian siswa yang memaparkan bagaimana mereka berpikir, guru dapat mengetahui teknik-teknik yang dipilih siswa untuk dalam menyelesaikan permasalahan matematis yang dihadapinya. Ini amat bermanfaat bagi guru, karena guru dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang kemampuan matematis siswanya.
Ide dari pendekatan Open Ended, digambarkan sebagai suatu pendekatan pengajaran dengan kativitas interaksi antara matematika dari siswa yang terbuka dalam berbagai macam pendekatan pemecahan masalah (Nohda, 1999). Makna aktivitas interaksi antara ide-ide matematis dan perilaku-perilaku siswa disebut terbuka dalam memecahkan masalah dapat dijelaskan dari 3aspek, yaitu:
a. Aktivitas siswa dikembangkan melalui pendekatan terbuka (beragam).
b. Suatu masalah yang digunakan dalam pendekatan Open Ended melibatkan ide-ide matematis.
c. Pendekatan Open Ended harus selaras dengan aktivitas interaksi antara a dan b.
Aktivitas siswa harus terbuka. Ini mengandung arti bahwa kegiatan pembelajaran harus memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan proses berpikir yang beragam lebih leluasa sesuai dengan kemampuan, wawasan, dan minat mereka.
Antara aktivitas siswa dan ide-ide matematis dikatakan selaras, jika kebutuhan dan berpikir matematis siswa mendapat perhatian guru dalam tiap-tiap kegiatan matematika saat siswa dituntut menjawab permasalahan matematis. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan Open Ended bukan hanya memberikan masalah-masalah terbuka kepada siswa untuk diselesaikan, namun dalam proses pembelajrannya harus menjamin keterbukaan yang dilakukan siswa.
Post a Comment