Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)Budi (1992;10) menyatakan bahwa sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang tumbuh dengan cepat di daerah tropis. Untuk pertama kalinya pada tahun 1871, Teysmann menemukan tanaman sengon di pedalaman Pulau Banda, yang kemudian dibawa ke Kebun Raya Bogor. Dari kebun inilah kemudian sengon tersebar ke berbagai daerah dari mulai pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai Irian Jaya. Pada saat ini sengon juga dijumpai di Negara Filipina, Malaysia, Srilanka, India. Dengan nama biasa atau nama ilmiah apapun yang dikenal, kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) merupakan pohon serbaguna yang berharga untuk daerah tropis beriklim lembab. Spesies ini juga merupakan salah satu species yang dapat digunakan sebagai kayu pulp, kayu bakar, pohon hias, naungan (kopi, teh, dan ternak sapi) dan produk kayu lainnya.
Pemanfaatan potensial yang sedang diuji coba dalam penanaman hutan adalah dengan sistem tumpang sari.
Pemanfaatan potensial yang sedang diuji coba dalam penanaman hutan adalah dengan sistem tumpang sari.
Botani dan Ekologi
Paraserianthes falcataria termasuk keluarga Leguminose (sub-keluarga Mimosoideae). Jenis ini sudah dikenal luas dengan nama yang lamanya, Albizia falcataria, atau juga pernah disebut A. moluccana dan A. Falcata “Falcate” artinya melengkung seperti sabit sesuai dengan bentuk daunnya. Ranting daun berpasang-pasangan, panjangnya antara 23-30 cm. bunganya berwarna putih gading, polongnya tipis, rata, panjang 10-13 cmm dengan lebar 2 cm. Falcataria termasuk pohon besar sehingga mencapai ketinggian 24-30 m, dengan diameter 80 cm. jika di tempat terbuka akan membentuk tajuk yang besar berbentuk payung. Pada penanaman sebanyak 1000-2000 pohon/ha, tajuk akan menyempit, karena membutuhkan cahaya. Setelah berumur 3-4 tahun akan memproduksi biji secara teratur dalam jumlah banyak. sengon tumbuh secara alami di Indonesia, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon dari 10˚LS-30˚LU. Dalam habitat alamiahnya bisa tumbuh dari permukaan laut sampai 1200 m. dengan curah hujan 2000-4000 mm, serta musim kemarau kurang dari dua bulan dengan suhu antara 22˚C-34˚C. meski lebih menyukai tanah basa (NAS 1983 dalam Budi 1992), namun dapat pula tumbuh dengan baik di tanah yang masam.
Akar sengon relatif menguntungkan dibandingkan akar pohon lainnya. Akar tunggangnya cukup kuat menembus ke dalam tanah sementara itu akar rambutnya tidak terlalu besar, dan tidak semrawut. Akar rambut tersebut akan dimanfaatkan oleh pohon induknya untuk menyimpan zat nitrogen, oleh sebab itu tanah di sekitar pohon sengon akan menjadi subur (Budi 1992;12)
Penanaman
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan biji. Biji tersebut dapat dibeli di penangkar benih, kios-kios pertanian, ataupun dicari dibawah pohon induk. Jumlah biji sengon sebanyak 42000 per kg dengan perkecambahan biji mudah dan hanya membutuhkan perendaman air semalam. Agar perkecambahan seragam, biji-biji tersebut dapat dimasukan dalam air panas atau dalam masam belerang pekat (H2SO4) selama 10 menit, dilanjutkan dengan perendaman dalam air selama 15 menit. Anakan sengon ditanam setelah tiga bulan dipersemaian dan akan tumbuh dengan cepat di lahan (NAS, 1983 dalam NFTA World Education. 1991;31)
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan biji. Biji tersebut dapat dibeli di penangkar benih, kios-kios pertanian, ataupun dicari dibawah pohon induk. Jumlah biji sengon sebanyak 42000 per kg dengan perkecambahan biji mudah dan hanya membutuhkan perendaman air semalam. Agar perkecambahan seragam, biji-biji tersebut dapat dimasukan dalam air panas atau dalam masam belerang pekat (H2SO4) selama 10 menit, dilanjutkan dengan perendaman dalam air selama 15 menit. Anakan sengon ditanam setelah tiga bulan dipersemaian dan akan tumbuh dengan cepat di lahan (NAS, 1983 dalam NFTA World Education. 1991;31)
Penanaman sengon diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam. Jarak tanam untuk produksi kayu pulp dengan waktu rotasi antara 6-8 tahun adalah 3m x 3m. jika diinginkan kayu tebangan untuk papan, pada umur 6-8 tahun tegakan dapat dijarangkan sampai 6m x 6m dan dipanen pada umur 15
tahun. Pada lahan yang lebih subur, umumnya jarak tanaman untuk produksi kayu pulp 4m x 4m. dari penelitian tentang jarak tanam yang lebih rapat ditemukan bahwa pertumbuhan dengan jarak 2m x 2m secara signifikan lebih cepat dibandingkan dengan jarak 1m x 1m. Adapun ukuran lubang tanam panjang 30cm x 30cm x 30cm. (Budi 1992;17)
Kegunaan
Bagian terpenting yang bernilai ekonomis pada tanaman sengon adalah kayunya. Sengon lebih dikenal sebagai tanaman pulp. Kegunaan lainnya, yaitu sebagai serat dan bahan papan, peti kemas, kotak kemasan, korek api, sumpit dan mebel ringan. Kayunya sukar di gergaji dan tidak kuat atau tidak tahan lama. Tajuknya yang jarang memberikan naungan untuk tanaman kopi, teh, dan cokelat. Di samping itu, berfungsi sebagai tanaman penahan angin bagi pohon pisang (Budi 1992;21)
Bagian terpenting yang bernilai ekonomis pada tanaman sengon adalah kayunya. Sengon lebih dikenal sebagai tanaman pulp. Kegunaan lainnya, yaitu sebagai serat dan bahan papan, peti kemas, kotak kemasan, korek api, sumpit dan mebel ringan. Kayunya sukar di gergaji dan tidak kuat atau tidak tahan lama. Tajuknya yang jarang memberikan naungan untuk tanaman kopi, teh, dan cokelat. Di samping itu, berfungsi sebagai tanaman penahan angin bagi pohon pisang (Budi 1992;21)
Sengon juga berpotensi dalam alley farming. Di Indonesia, pada percobaan di tanah asam (pH 4,2) yang ditanam dalam larikan-larikan dengan jarak 4 meter, menghasilkan pupuk hijau (bahan kering) 2-3 ton/ha/tahun. Penggunaannya sebagai pupuk hijau akan meningkatkan produksi kopi 4 kali lipat, apabila dibandingkan dengan plot pembanding. (Budi 1992;27)
Pemasaran
Pengertian pemasaran banyak didefinisikan oleh para pakar dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Kotler dan Amstrong (2004;6) berpendapat bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan produk lain. Definisi pemasaran tersebut bertumpu pada konsep pokok sebagai berikut:
Gambar Konsep-Konsep Pokok Pemasaran
Pengertian pemasaran dapat dilihat dengan pendekatan aspek manajerial dan aspek ekonomi. Berdasarkan aspek manajerial, pemasaran merupakan analisis perencanaan organisasi, pelaksanaan dan pengendalian untuk menentukan kedudukan pasar. Sedangkan berdasarkan aspek ekonomi, pemasaran merupakan distribusi fisik dan aktivitas ekonomi yang memberikan fasilitas-fasilitas untuk bergerak, mengalir dan pertukaran komponen barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Selain itu pemasaran merupakan kegiatan produktif karena meningkatkan, menciptakan nilai guna bentuk, waktu, tempat dan kepemilikan. Dengan demikian pemasaran pertanian dapat diartikan sebagai semua bentuk kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertaniaan dari tangan produsen ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen (Limbong, 1987;11)
Manajemen Pemasaran
Definisi manajemen pemasaran menurut Khols (2002;17) adalah keragaaan dari semua aktivitas bisnis dalam upaya menyalurkan produk atau jasa mulai dari titik produksi sampai ke tangan konsumen. Manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran perorangan dan organisasi (Kotler, 1994;28)
Dalam menganalisis manajemen pemasaran Khols (2002;21), selanjutnya mengemukakan beberapa pendekatan yang digunakan yaitu:
1. Pendekatan Fungsi (the fungsional approach)
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi pemasaran apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam pemasaran. Fungsifungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi dan pengolahan) dan fungsi fasilitas (standarisasi, resiko, pembiayaan dan informasi pasar)
2. Pendekatan Kelembagaan (the institusional appoarch)
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui berbagai macam lembaga atau pelaku yang terlibat dalam pemasaran. Pelaku-pelaku ini adalah pedagang perantara (merchant middleman) yang terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen, manufaktur, dan organisasi lainnya yang terlibat.
3. Pendekatan Sistem (the behavior system appoarch)
Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan, untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses pemasaran, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam pemasaran dan kombinasi dari fungsi
pemasaran. Pendekatan ini terdiri dari the input-output system, the power sistem dan the communication system.
Lembaga Pemasaran
Hanafiah dan Saefudin (2006;21), menjelaskan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dimana barang bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara, dan lembaga pemberi jasa. Kotler dan Amstrong (2001;7) mengartikan istilah lembaga perantara sebagai pihak yang berperan secara ekonomis dalam mentransformasikan bauran komoditi atau produk yang dibuat oleh produsen ke dalam bauran produk yang dibutuhkan konsumen.
Stern dan El-Ansary dalam Kotler (2002;559) menambahkan bahwa perantara memperlancar arus barang dan jasa karena menghubungkan ketidaksesuaian antara berbagai barang dan jasa yang dihasilkan produsen dan berbagai macam barang yang diminta konsumen, sedangkan ketidaksesuaian tersebut ditimbulkan dari kenyataan bahwa produsen menghasilkan sejumlah besar barang dengan keragaman terbatas sedangkan konsumen hanya menginginkan jumlah terbatas dari banyaknya ragam.
Sesuai dengan peran yang dilakukan, lembaga pemasaran akan berkaitan langsung degan barang yang akan diperjualbelikan. Secara umum lembaga pemasaran dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan pengusaan terhadap barang.Yaitu terdiri dari:
- Lembaga pemasaran yang tidak dimiliki namun mengusai barang, misalnya
- agen, perantara, dan broker
- Lembaga pemasaran yang memiliki dan mengusai barang, contohnya pedagang
- pengumpul, pedagang pengecer, grosir dan eksportir/importer
- Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak mengusai barang, yaitu
- fasilitas pengangkutan, pergudangan, asuransi dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment