News Update :
Home » » Belajar Tentang Psikotes

Belajar Tentang Psikotes

Penulis : kumpulan karya tulis ilmiah on Tuesday, October 1, 2013 | 9:39 AM

Mengetahui tentang Psikotes
A. PERAN KLINISI

- Dalam asesmen adalah untuk menjawab pertanyaan yang spesifik dan membuat keputusan yang relevan
- Klinisi harus mengintegrasikan berbagai macam data dan memfokuskan dari berbagai informasi yang
diperoleh.
- Ada perbedaan antara psikometri dengan asesmen psikologi:

a. Psikometri
Ø Cenderung menggunakan tes hanya untuk mendapatkan data.
Ø Biasanya lebih mengarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aspek teknis dari suatu tes 
    misal: konstruksi alat tes.
Ø Pendekatannya = data oriented.
Ø Hasil akhir berupa serangkaian desikripsi kemampuan individu dan deskripsi tersebut tidak menjelaskan  
    keunikan individu secara menyeluruh.
Asesmen psikologi
Ø Berusaha mengevaluasi problem individu dan data yang diperoleh selama asesmen bisa digunakan untuk 
    membantu problem solving.
Ø Tes hanya merupakan metode untuk mendapat data dan skor tes bukan merupakan hasil akhir, tapi hanya 
    bersifat menyimpulkan hipotesis.
Ø Asesmen psikologi menempatkan data dalam perspektif yang lebih luas dan fokusnya adalah problem 
    solving serta pengambilan keputusan.

B. MACAM-MACAM TES
1. TES INDIVIDUAL DAN KLASIKAL
· Perbedaannya adalah pada jumlah individu yang dites.
· ontoh tes individual: TAT, Ro, WB, WAIS, WISC, dsb.
· Contoh tes klasikal: IST, EPPS, RMIB, TKD, CFIT, dsb.
· Tes individual biasanya digunakan untuk asesmen individual mendalam, misal: klien klinis, pasien rumah 
  sakit.
· Tes klasikal biasanya digunakan untuk seleksi karyawan, seleksi siswa, untuk tujuan riset, sreening, dsb.


2. TES PERFORMANCE DAN VERBAL
· Yang membedakan adalah materi tes yang digunakan serta aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan 
  tes (cara pengerjaan tes).
· Tes Verbal misal: paper & pencil test, kuesioner, visual tes, pilihan ganda, dsb.
· Tes Performance berkaitan dengan aktivitas motorik. Misal: DAP, HTP, Baum, Wartegg, sub tes 
  melengkapi gambar, menata balok dalam tes IQ, dsb.

3. TES TERSTRUKTUR DAN TIDAK TERSTRUKTUR
· Perbedaannya terletak pada luas respon dan kepastian tugas dari tes.
· Tes tidak terstruktur memberikan kebebasan testee dan kepastian tugas dari tes, misal: soal essay, tes 
  projektif (TAT, Ro, Hand Test, dsb). Lebih sulit diskor dan diinterpretasi.
· Tes terstruktur biasa disebut juga tes objektif, misal: tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes IQ, dsb.

4. SELF-REPORT TEST
· Testee mendeskripsikan dirinya misalnya memberikan cheklist pada sejumlah pernyataan, RMIB, SSCT, 
  EPPS, dsb.

5. TES PERFORMANCE KEPRIBADIAN
· Testee menunjukkan penampilan kepribadiannya, misal: tes projeksi (TAT, Ro, Hand Test, Grafis, dsb).

C. PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH PSIKOTES1. ORIENTASI TEORITIS
· Klinisi harus mengetahui tentang konstruk teori yang mendasari tes tersebut.
· Bisa dilihat pada manual test.
· Jika dalam manual tidak terdapat informasi yang cukup tentang hal tersebut, klinisi harus mencarinya pada 
  sumber lain.
· Untuk melihat kesesuaian antara item tes dengan konstruk, dapat dilakukan dengan menganalisa tiap 
  itemnya apakah sesuai dengan konstruknya.

2. PERTIMBANGAN PRAKTIS
· Penggunaan lebih berdasarkan pertimbangan praktis daripada konstruk teorinya.
· Beberapa tes mempunyai durasi waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan frustrasi 
  testee. Untuk itu, administrasi tes dipersingkat (bukan yang berhubungan dengan batas waktu yang 
  digunakan).

3. STANDARDISASI
· Ketepatan standardisasi sampel.
· Tiap tes mempunyai norma yang merefleksikan distribusi skor dari sampel yang standar.
· Skor tes individu berarti bahwa terdapat kesamaan antara individu yang dites dengan sampel standar.
· Testee dapat dibandingkan dengan sampel jika terdapat kesamaan karakteristik, misal: sampel adalah
  mahasiswa usia 18 – 25 tahun, norma ini hanya bisa digunakan pada testee yang mempunyai karakteristik 
  sama seperti sampel.
· Standardisasi juga berlaku pada prosedur administrasi baik pemberian instruksi serta cara penyajian tes.
· Prosedur administrasi harus sama antara satu tester dengan tester yang lain.
· Standardisasi juga meliputi pencahayaan, setting, tanpa interupsi dan rapport yang baik.

4. RELIABILITAS
· Mengacu kepada derajat stabilitas, konsistensi dan ketepatan tes.
· Skor yang didapat testee akan sama jika individu tersebut dites lagi dengan tes yang sama pada 
  kesempatan yang berbeda.
· Perlu diperhatikan derajat error, misal: testee salah mengerjakan tes, tester salah dalam prosedur tes atau 
  terjadi perubahan mood testeed, dsb.
· Jika derajat errornya besar maka hasil tes tersebut kurang reliabel (kurang dapat dipercaya).
· Hal yang perlu diperhatikan:
a. Keragaman performance seseorang.
Ø Pengukuran kepribadian mempunyai variasi yang lebih besar daripada pengukuran kemampuan (ability).
Ø Variabel ability (misal: intelegensi, bakat) berubah secara perlahan dan dipengaruhi pertumbuhan dan 
    perkembangan.
Ø Pada variabel kepribadian perubahannya lebih besar salah satunya dipengaruhi oleh mood.

b. Metode psikotes tidak bersifat pasti.
Ø Ilmu eksak; peneliti bisa secara pasti mengukur suatu variabel misalnya membandingkan berat badan 
    seseorang dengan yang lain, dsb.
Ø Psikologi; seringkali berbagai variabel diukur secara tidak langsung misalnya: IQ tidak dapat ditentukan 
    secara langsung tapi diukur melalui perilaku yang menunjukkan kecerdasan.

5. VALIDITAS
· Mengacu kepada konsep apakah tes bisa dengan tepat mengukur suatu variabel.
· Tes yang valid harus mengukur dengan tepat suatu variabel yang seharusnya diukur dan dapat memberikan 
  informasi yang bermanfaat.

D. MEMILIH TES
· Tes disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang ada baik individu atau kelompok. 
  Misalnya klien depresi dites dengan BDI (Beck’s Depression Inventory), pasien di RS dites dengan MMPI 
  (Minnesota Multiphasic Personality Inventory).
· Sesuai dengan pengalaman, kebiasaan penggunaan dan kecenderungan klinisi. Klinisi yang familiar dengan 
  TAT, Ro atau yang lain, biasanya cenderung menggunakan tes tersebut dalam asesmen yang dilakukannya.
· Pertimbangan praktis baik waktu atau ekonomis. Biasanya dilakukan pada proses seleksi atau pada analisis 
  singkat misal screening pada pasien Rumah Sakit atau proses rasionalisasi perusahaan.
· Penggunaan Battery Test (terdiri dari sekumpulan tes yang memberikan informasi lebih banyak untuk 
  asesmen). Jenis tes disesuaikan dengan kebutuhan individu. Misal: untuk keperluan klien yang datang 
  dengan keluhan bingung mencari pekerjaan maka tes yang diberikan antara lain: WB, TAT, Ro, HTP, 
  DAP, Baum, Wartegg, RMIB.
· Tujuan dari penggunaan battery test antara lain:

Ø Berfungsi sebagai pengecek apabila terdapat salah satu hasil tes yang menyimpang.
Ø Untuk menjaring aspek-aspek yang lebih luas baik kepribadian atau ability individu.

Itulah sebagian tips dalam mengenal apa sebenarnya Psikotes, terima kasih semoga bermanfaat. 
Share this article :

Post a Comment

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger