Pages - Menu

Wednesday, February 10, 2016

Perspektif/Paradigma Kajian

Perspektif/Paradigma Kajian : Perspektif dalam bidang keilmuan sering juga disebut paradigma (paradigm), kadang-kadang disebut pula mazhab pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan ekstensial atau epistimologis yang panjang. Akan tetapi, menurut Patton, aspek paradigma inilah yang sekaligus merupakan kekuatan dan kelemahannya. Kekuatannya adalah hal itu memungkinkan tindakan kelemahannya adalah bahwa alasan untuk melakukan tindakan tersebut tersembunyi dalam asumsi-asumsi paradigma yang dipersoalkan (Mulyana, 2011 : 8-9)

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji secara empiris. Dalam uraian tentang teori tersebut, Bognan dan Biken menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi secara logis dianut bersama konsep, atau preposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian (Moleong, 2010 : 14).

Paradigma penelitian kualitatif adalah pendekatan dengan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Pendekatan kualitatif terus berkembang di bidang sains dan pendidikan.

Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif struktural fungsional. Perspektif interaksi simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Asumsi dasar dalam pendekatan konstruktivis ini adalah realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, namun tidak juga, turun karena campur tangan Tuhan. Tapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan demikian, realitas yang sama bisa ditanggapi, dimaknai dan dikonstruksi secara berbeda-beda oleh semua orang. Karena, setiap orang mempunyai pengalaman, prefrensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu, dimana kesemua itu suatu saat akan digunakan untuk menafsirkan realitas sosial yang ada disekelilingnya dengan konstruksinya masing-masing.

Pendekatan ini secara tidak langsung lebih terfokus pada sebuah scope khusus. Dalam artian hanya melihat bagaimana bahasa dan simbol diproduksi dan direproduksi dihasilkan lewat berbagai hubungan yang terbatas antara sumber dan narasumber yang menyertai proses hubungan tersebut. Dalam bahasa sederhananya hanya menyetuh level mikro (konsepsi diri sumber) dan level meso (lingkungan dimana sumber itu berada) dan tidak menyetuh hingga level makro (sistem politik, budaya, ekonomi dan lain-lain).

Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.

Kajian Pustaka
Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berakar dari perkataan latin “communis”, yang artinya ‘sama’, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common), yang dimaksud dengan sama adalah sama makna atau sama arti (Mulyana, 2005 : 41). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Dikatakan juga bahwa komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Melalui komunikasi orang berusaha mendefenisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri. Sampai saat ini terdapat ratusan defenisi komunikasi yang bersumber dari banyak ahli yang berasal dari beragam disiplin ilmu.

Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama hingga interaksi dapat berjalan dengan baik.

Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan menyampaikan dan penerimaan pesan dari pihak satu ke pihak yang lain dengan tujuan mencapai kesamaan atas ide yang dipertukarkan (Fajar, 2008 : 30).

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemindahan gagasan atau informasi seseorang kepada orang lain. Selain dalam bentuk kata-kata, proses pemindahan gagasan seseorang dari orang lain juga dapat terjadi dalam bentuk ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya. Melalui komunikasi, kita dapat mempelajari, membangun dan merubah pendapat, sikap, serta perilaku orang lain. Kita dapat berkomunikasi dengan individu, kelompok maupun publik. Komunikasi merupakan hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika seseorang harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan pikiran dan menginginkan orang lain.

Dalam mendefinisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda dengan oenggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan keilmuwan (Amir Purba, dkk 2010 : 28-29).

Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Everett M Rogers menyatakan komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
b. Raymond Ross menyatakan komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu penerima pesan membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
c. Carl I. Hovland menyatakan komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
d. William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi).

Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang idetifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan sebenarnya). Konsep komunikasi massa pertama kali diciptakan pada tahun 1920-an atau 1930-an untuk diterapkan pada kemungkinan baru untuk komunikasi publik yang muncul dari pers massa, radio, dan film. Media-media ini memperbesar khalayak potensial melampaui minoritas yang melek huruf. Menurut Elizabeth - Noelle Neuman, pada dasarnya komunikasi massa adalah kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa. Melalui komunikasi massa seseorang dapat mengetahui berbagai macam informasi. Maka, tidak heran apabila masyarakat sekarang sangat tergantung pada komunikasi massa untuk mengetahui kondisi ataupun berita yang sedang berlangsung karena sifat manusia yang selalu haus akan informasi.

Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat menurut Dominick (2002):
1) Pengawasan (Surveillance): Fungsi pengawasan dibagi menjadi 2 yaitu : warning or beware surveillance yaitu ketika terjadi ancaman seperti bencana alam, dll maka media akan melakukan fungsi peringatan kepada masyarakat. Dan instrumental surveillance adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan untuk membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
2) Penafsiran (Interpretation): Media massa memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting dengan tujuan mengajak khalyak luas untuk memperluas wawasan.
3) Pertalian (Linkage): Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat sehingga membentuk suatu pertalian berdasarkan kesamaan kepantingan dan minat.
4) Penyebaran Nilai-Nilai (Transmission of Values): Disebut juga dengan sosialisasi (sosialization) yaitu cara seseorang mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa berperan dalam menyebarkan nilai-nilai kepada masyarakat. Melalui nilai-nilai tersebut perilaku dan kepribadian seseorang dapat berubah seperti yang disampaikan oleh media.
5) Hiburan (Entertainment)
Baik media cetak maupun elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara teknis, terdapat empat tanda pokok dari komunikasi massa, yaitu bersifat tidak langsung, satu arah, terbuka, dan mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Rakhmat, 2005 : 188 - 189).

Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

Sedangkan Bittner menjelaskan pengertian komunikasi massa sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi yang lebih mudah dimengerti dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat, yang mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (http://www.ut.ac.id/html/skom4315/htm).

Media massa merujuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Menurut Michael W. Gamble (Nurudin, 2004 : 7), sesuatu bisa didefenisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup :
a. Komunikatornya mengandalkan peralatan modern sebagai media penyampai pesan
b. Komunikatornya menyebarkan pesan-pesannya dengan maksud untuk mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain, bahkan pengirim dan penerima tidak saling mengenal satu sama lain
c. Pesan dapat diterima oleh banyak orang, sehingga disebut bersifat publik
d. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan
e. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper, artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa
f. Umpan balik sifatnya tertunda (delayed).
Proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu. Komunikasi massa memerlukan media sebagai penghubung maka, proses komunikasi massa tersebut terdapat pada penggunaan media sebagai alat berkomunikasi. Media memberikan informasi, menghibur, menyenangkan, bahkan menyebalkan. Selain itu, media dapat mengatur emosi kita dam menantang kecerdasan kita. Komunikasi adalah proses pembuatan makna yang sama antara media massa dengan audiensnya.
Dalam komunikasi masa, media massa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang merujuk kepada media massa ini memiliki ciri-ciri tersendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_massa), yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
b. Komunikator memiliki keahlian tertentu
c. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
d. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
e. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
f. Ada pengaruh yang dikehendaki
g. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
h. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.

Sebagaimana diketahui komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, jadi membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri, dan dalam hal ini penelitian difokuskan pada media televisi.

No comments:

Post a Comment