PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR
DARI IBU YANG BERMASALAH
dr. Hj. Fatimah Indarso, Sp.A(K)
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair/RSU Dr. Soetomo
Surabaya
ABSTRAK
Sebagian
besar Bayi Baru Lahir yang terlahir dari Ibu yang bermasalah (menderita suatu
penyakit sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan).
Sebenarnya banyak sekali macam penyakit yang dapat di derita ibu selama periode
tersebut, diantaranya manajemen Bayi Baru Lahir (BBL) dari ibu yang mengalami
penyakit HIV yang tampaknya jumlah penderita semakin meningkat. Dalam 4 tahun
terakhir Indonesia berada dalam keadaan epidemi terkonsentrasi karena HIV/AIDS
telah terjadi pada lapisan masyarakat tertentu dalam tingkat pravelensi yang
cukup tinggi terutama di propinsi Papua, DKI Jaya, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur
dan Bali. Pada ibu HIV atau daerah di mana Prevalence HIV tinggi, maka proses
kelahiran disarankan dengan operasi cesar, dengan tujuan membiarkan lapisan
amnion tetap intak selama mungkin agar penularan HIV perinatal terhindar. Tidak
ada tanda-tanda spesifik HIV yang dapat ditemukan pada umur 2-6 minggu setelah
lahir. Tetapi tes antibodi baru dapat ditemukan pada umur 18 bulan atau HIV PCR
DNA sejak umur 1 sampai 6 bulan untuk menentukan status HIV bayi. Manajemennya
meliputi perawatan bayi seperti bayi yang lain, dengan perhatian pada
pencegahan infeksi dan cara pemberian minum; bayi tetap diberi imunisasi rutin
kecuali terdapat tanda klinis defisiensi imun yang berat, jangan diberi vaksin
hidup (BCG, OPV, Campak, MMR); pada waktu pulang, diperiksa DL, hitung
Lymphosit T, serologi anti HIV, PCR DNA/RNA HIV : pemberian Antiretrovirus
profilaksis (tergantung status pemberian antiretrovirus ibu), dan saat pulang
dilakukan pemeriksaan darah PCR DNA/RNA dilakukan pada umur 1, 2, 4, 6 dan 18
bulan dan bila pemeriksaan PCR DNA/RNA POSITIP dua kali berturut selang satu
bulan mulai diberikan pengobatan Antiretro Virus.
Kata kunci : Ibu HIV,
antiretrovirus
ABSTRACT
Most of newborn babies was born from problematic (the mother who have
disease before, during pregnancy or during delivery). Actually there are many
disease can occur during that periods, but in this time we discuss the
management problems of newborn babies born from HIV mother. In the last years,
the concentrated epidemic of HIV-AIDS has occurred in Indonesia with high prevalence of HIV-AIDS in
some provinces such papua, DKI Jaya, Riau, West Java and Bali .
The delivery process recommendation from HIV-mother or in the high prevalence
of HIV area is cessarian section that can make the amnion still intact so the
transmission of HIV perinatally can be prevented. There is no specific sign of
HIV found in the newborn. If the infection occurred during perinatal, the signs
found at 2-6 weeks of age, but the antibody test is not done until 18 months or
HIV PCR DNA from 1 month until 6 months of old to determine the HIV status of
the baby. The management are care of the baby like the other baby, with special
attention for precaution of infection and feeding of the baby; still give the
routine immunization except in the severe immune deficiency that can not be
given the live vaccine (BCG, OPV, Measles, MMR); check the routine blood
examination, lymphocyte T count, anti HIV serology, PCR DNA/RNA HIV;
prophylaxis antiretrovirus (depend on antiretrovirus that given to the mother)
and check the PCR DNA/RNA in 1, 2, 4, 6 and 18 months of age. If the test is
positive in two examination with 1 month interval, the antiretrovirus will be
administered.
Keyword : HIV mother,
antiretrovirus
Sebagian besar Bayi Baru Lahir yang terlahir dari
Ibu yang bermasalah dalam arti menderita suatu penyakit, tidak menunjukkan
gejala sakit pada saat dilahirkan atau beberapa waktu setelah lahir. Bukan
berarti bayi baru lahir tersebut aman dari gangguan akibat dari penyakit yang
diderita ibu. Hal tersebut dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bayi
Baru Lahir (BBL), dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi. Ibu
bermasalah disini diartikan sebagai Ibu yang menderita sakit, sebelum, selama
hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan.
Dari State of the World’s Newborn, Save The
Children 2001, terdapat Rumus dua per tiga yaitu, Lebih dari 7 juta bayi
meninggal setiap tahun antara lahir hingga umur 12 bulan., hampir dua pertiga
bayi yang meninggal, terjadi pada bulan pertama, dari yang meninggal tersebut,
dua pertiga meninggal pada umur satu minggu, dan dua pertiga diantaranya
meninggal pada dua puluh empat jam pertama kehidupannya. Disini sangat
jelas bahwa masalah kesehatan Neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah
kesehatan perinatal dimana proses kehamilan, dan persalinan memegang faktor
yang amat penting
Sasaran kesehatan anak tahun
2010 diantaranya adalah angka kematian bayi turun dari 45,7 per seribu
kelahiran, menjadi 36 per seribu kelahiran (SKN), BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah
atau kurang 2500 gram) menurun setinggi-tingginya 7% (SKN), di mana secara
nasional th 1995-1999 diperkirakan BBLR 8% (Save The Children 2001) akan tetapi
kalau dilihat dari tahun ke tahun, angka kematian Neonatus penurunannya sangat
lambat, dan menempati 47% dari angka kematian bayi, bahkan pada 2003 AKN 20 per
seribu kelahiran. Dari angka tersebut, 79,4%
kematian pada bayi baru lahir berumur kurang dari tujuh hari. Bila
dikaji lebih mendalam, ternyata dari kematian tersebut, 87% dapat dicegah
apabila deteksi dini bayi resiko cepat diketahui, dan dapat segera dirujuk agar
mendapat pertolongan yang akurat, dan cepat. Diperkirakan tiap jam terdapat 12
neonatus meninggal. Dari sumber SKRT 2001, ternyata dari bayi yang mendapat
masalah, yang mencari pertolongan pada tenaga kesehatan hanyalah 36%. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan di lini terdepan baik di pelayanan perifer ataupun
di pusat, sangat diharapkan mempunyai ketrampilan baik deteksi dini bayi resiko
ataupun penanganan kegawatan, dan menentukan waktu yang tepat kapan bayi akan
dirujuk, dan persiapan apa yang harus dilakukan.
Bayi yang
berumur kurang dari tujuh hari, kelainan yang di derita lebih banyak terkait
dengan kehamilan dan persalinan, sedangkan bayi berumur lebih dari tujuh hari
sampai dua bulan banyak terkait dengan pola penyakit anak. Karena kebanyakan
bayi baru lahir yang sakit jarang dibawa oleh orang tua ke pusat pelayanan
karena kultur masyarakat, maka kunjungan rumah bagi tenaga kesehatan sangat diperlukan,
dengan ASUH yaitu awal sehat untuk hidup sehat. Karena kelainan BBL sangat erat
hubungannya dengan saat berada di dalam kandungan, maka komunikasi yang erat
diantara dokter Anak, dokter Obstetri dan Dokter Anaestesi serta bidan setempat
sangatlah penting.
Upaya
pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, telah banyak dilakukan,
diantaranya adalah Asuhan Persalinan Normal, Safe Mother Hood, Pelayanan
Obstetri Neonatal Esensial Dasar dan Komprehensip, awal Sehat untuk hidup
sehat, Manajemen Terpadu Balita Sakit, dan Manajemen Bayi Muda Sakit karena
kelainan BBL sangat erat hubungannya dengan saat berada di dalam kandungan,
maka komunikasi yang erat diantara dokter Anak, dokter Obstetri dan dokter
Anaestesi serta bidan setempat sangatlah penting. Sebenarnya banyak sekali
macam penyakit yang dapat diderita ibu selama periode tersebut. Dalam makalah
ini akan di bahas manajemen Bayi Baru Lahir (BBL) dari ibu yang mengalami
penyakit yang relatif sering, seperti kecurigaan infeksi intra uterin,
Hepatitis B, Tuberkulosis, Diabetes Mellitus,
Sifilis, dan HIV yang tampaknya jumlah penderita semakin meningkat serta
Ibu dengan kecanduan Obat.
A. IBU DENGAN KECURIGAAN INFEKSI INTRA UTERIN
Tanda-tanda ibu
yang diduga mengalami infeksi dalam kandungan yang dapat berakibat infeksi atau
bakteriemi pada bayinya adalah bila :
·
Ibu
mengalami panas tubuh lebih atau sama dengan 380 C selama
proses persalinan sampai 3 hari
pasca persalinan,
·
Cairan
ketuban hijau keruh apalagi berbau busuk,
·
Cairan ketuban pecah 18 sampai 24 jam sebelum
bayi lahir,
·
Atau pecah pada saat umur kehamilan baru
menginjak 37 minggu.
Pada keadaan tersebut, BBL sangat rawan terhadap
terjadinya infeksi yang dapat mengancam jiwanya, karena BBL tersebut dapat
menderita sepsis. Perubahan Neonatus ke arah kondisi yang buruk berlangsung
sangat cepat.
Apabila suatu sebab, keluarga meminta pulang sebelum
waktunya, pengawasan yang perlu dilakukan oleh keluarga terhadap bayi adalah :
·
apakah pernapasan bayi menjadi cepat
·
bayi lethargi
·
hipotermi atau panas
·
muntah setiap minum
·
kembung, merintih
Bayi umur lebih
dari 3 hari tanpa melihat umur kehamilan, tidak perlu antibiotika.
Nasehati ibu agar segera membawa bayinya kembali bila ada tanda sepsis dan
nasehati ibu kembali jika ada salah satu tanda sepsis.
Bayi berumur 3
hari atau kurang, ambil sampel darah bayi, dan kirim ke
Laboratorium untuk kultur/kultur kuman dan uji sensitivitas Obati sesuai umur
kehamilan seperti di bawah ini :
BAYI DENGAN
UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU ATAU LEBIH, ATAU BERAT LAHIR 2000 gram ATAU LEBIH
Infeksi
Intra uterin yang telah jelas, atau demam dugaan infeksi, DENGAN ATAU TANPA
KPD :
·
Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti
pemberian untuk kemungkinan besar sepsis.
· Bila
hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda sepsis hentikan
antibiotika.
· Bila hasil kultur positif, dan bayi
menunjukkan tanda sepsis kapan saja; obati untuk kemungkinan besar sepsis.
· Bila
kultur kuman tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, hentikan antibiotika setelah 5 hari.
Amati bayi selama 24 jam setelah
antibiotika dihentikan :
·
Bila
bayi keadaan baik, dan tidak ada tanda yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, bayi dapat dipulangkan.
·
Nasehati
ibu untuk membawa kembali bayinya bila ada gejala sepsis atau infeksi.
·
Tidak perlu antibiotika.
·
Amati
tanda sepsis setiap 4 jam dalam waktu 48 jam.
·
Bila setelah 48 jam kultur darah negatif, bayi
tampak sehat, dan tidak ada gejala yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
bisa dipulangkan, beri nasehat pada orang tua atau petugas, apabila ada tanda
infeksi, segera dibawa kembali ke Rumah Sakit.
·
Bila kapan saja ada tanda sepsis atau kultur
positif, diobati seperti kemungkinan besar sepsis.
·
Bila kultur darah tidak diperiksa, amati 3 hari
dan pulangkan bila keadaan bayi baik.
BAYI DENGAN UMUR KEHAMILAN KURANG DARI 35 MINGGU, ATAU BERAT LAHIR
KURANG 2000 gram
Bila kultur
darah negatif, bayi tidak ada tanda
sepsis :
·
Ada KPD tanpa Infeksi Intra Uterin atau
demam dugaan infeksi, hentikan antibiotika setelah 3 hari.
·
Ada Infeksi Intra Utertin atau demam dugaan infeksi
berat, hentikan antibiotika setelah 5 hari.
Bila kultur darah positif, bayi
menunjukkan gejala sepsis atau kapan
saja bayi/ menunjukkan gejala
seosis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
Bila kultur
darah tidak dapat dilakukan, bayi tidak menunjukkan gejala sepsis antibiotika dihentikan setelah
pemberian 5 hari.
Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotika
dihentikan :
·
Bila bayi keadaan baik, dan tidak ada tanda yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
·
Nasehati
ibu untuk membawa kembali bayinya bila ada gejala sepsis atau infeksi.
TABEL 1 : RINGKASAN
TATALAKSANA BAYI DARI IBU DENGAN KECURIGAAN
INFEKSI INTRA UTERIN
Bayi ≥ 35
minggu / 2000 gram
|
Bayi < 35
minggu / < 2000 gram
|
Infeksi Ibu ⊕ KPD
⊕/⊝
· Berikan antibiotika
· Kultur ⊝ ® Stop antibiotika
· Kultur ⊕ ® teruskan
antibiotika
· Kultur tidak dilakukan, Infeksi
bayi ⊝ ® antibiotika stop 5 hari, amati 24 jam
|
KPD ⊕
· Kultur ⊝ Infeksi Ibu ⊕
® antibiotika 5 hari
· Kultur ⊝ Infeksi Ibu ⊝® antibiotika 3 hari
· Kultur ⊕ Infeksi bayi ⊕
® antibiotika
manajemen sepsis
· Kultur tidak dilakukan, Infeksi bayi ⊝
® antibiotika stop
setelah 5 hari
|
KPD ⊕Infeksi Ibu ⊝
· Tidak perlu antibiotika
· Amati tiap 4 jam sampai 48 jam :
ü Bila infeksi bayi ⊝ ® pulang
ü Bia infeksi bayi ⊕ ® antibiotika
ü Bila kultur tidak dilakukan, bayi baik, pulang
setelah umur 3 hari
|
Post a Comment