PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PEMILIHAN JAJANAN SEHAT MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF ULAR TANGGA : Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga memiliki pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemilihan jajanan sehat. Berdasarkan identifikasi nilai pengetahuan siswa dari hasil penelitian terdapat pengaruh terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan sehat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rerata pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga. Setelah dilakukan intervensi, responden telah mengetahui definisi jajanan sehat, jenis jajanan, ciri-ciri jajanan yang aman dan sehat, pengaruh positif dan negatif jajanan, sanitasi dan keamanan jajanan, penyakit bawaan makanan. Peningkatan pengetahuan terlihat dari jawaban responden. Saat pre test sebanyak 2 orang masuk kriteria baik dan meningkat menjadi 21 orang saat post test.
Berdasarkan teori Green (1999) dalam Notoatmodjo (2005) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, yaitu umur, jenis kelamin, status ekonomi, dan susunan dalam keluarga. Berdasarkan teori tersebut dan data demografi, faktor yang mempengaruhi skor responden yang tidak mengalami peningkatan adalah jenis kelamin, status ekonomi, dan susunan dalam keluarga. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi pada saat intervensi, responden laki-laki cenderung lebih sulit untuk diam, ramai, kurang memperhatikan dan kurang fokus terhadap intervensi yang diberikan oleh peneliti.
Status ekonomi orang tua mayoritas dalam keadaan mampu. Hal ini berkaitan dengan uang saku yang diberikan pada anak mayoritas yaitu lebih dari Rp 3000. Uang saku yang rutin diberikan pada anak dapat membentuk persepsi anak bahwa uang saku adalah hak mereka dan mereka bisa menuntutnya. Kurangnya nasehat dan arahan dari orang tua tentang pemanfaatan uang saku akan mendorong anak untuk memanfaatkannya secara bebas. Pemberian uang saku mempengaruhi kebiasaan jajan pada anak usia sekolah (Laksmi, 2008). Status ekonomi yang tinggi sering diikuti dengan uang saku anak yang tinggi juga. Anak dengan uang saku banyak cenderung memilih jajanan yang rasanya enak sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa memikirkan baik untuk kesehatan atau tidak.
Sosio demografi dalam hal ini jumlah saudara yang dimiliki responden rata-rata dalam keadaan yang seimbang antara tidak memiliki saudara, 1 saudara, dan 2 saudara yaitu sebanyak 9 responden (30%). Jumlah saudara yang dimiliki responden dapat mempengaruhi pengetahuan. Responden yang memiliki jumlah saudara cukup banyak dapat bertukar informasi dan berdiskusi sehingga anak dapat memilih jajanan yang sehat (Ariandani, 2011). Berdasarkan hal tersebut dan data demografi serta hasil pre test yang diperoleh peneliti didapatkan bahwa anak yang memiliki jumlah saudara banyak mendapat skor pengetahuan yang cukup baik dibandingkan dengan anak tunggal.
Mayoritas responden yaitu sebanyak 20 orang (71%) pernah mendapatkan informasi dalam pemilihan jajanan sehat dari guru sewaktu pelajaran di sekolah. Adanya informasi baru mengenai jajanan sehat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan dalam pemilihan jajanan sehat (Ariandani, 2011). Berdasarkan teori tersebut dan data demografi, anak yang pernah memperoleh informasi mengenai jajanan sehat sebelumnya dari guru memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan anak yang belum pernah memperoleh informasi sama sekali.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan merupakan pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar karena proses belajar itu ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Seseorang akan mempunyai persepsi terhadap apa yang akan dijalaninya sehingga menimbulkan persepsi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh dari informasi, sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil pembelajaran yang didapat juga tidak optimal (Notoatmodjo, 2007). Perubahan pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga. Permainan ular tangga ini sudah dimodifikasi berisi informasi dan gambar tentang jajanan sehat sehingga anak mengalami ketertarikan untuk bermain. Pemberian informasi dengan permainan ular tangga yang menarik dan suasana yang menyenangkan dapat membuat responden lebih mudah menerima informasi yang diberikan. Permainan ini cukup menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak usia sekolah yang mayoritas respondennya berumur 10 tahun berada dalam tahap operasional konkrit artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan sebagian besar diperoleh melalui indera penglihatan (30%) dan indera pendengaran (10%). Permainan ini dapat meningkatkan perhatian, konsentrasi dan imajinasi anak kemudian anak tersebut diharapkan mulai belajar menerapkan hal yang dipelajari sehingga akhirnya dapat membentuk pengetahuan dan sikap yang baik dalam pemilihan jajanan sehat.
Penerimaan dan pemahaman suatu materi yang diberikan akan bergantung dari individu yang menerimanya. Walaupun karakteristik demografinya sama tetapi hanya responden yang mengerti dan memahami informasi tersebut yang bisa meningkat pengetahuannya. Hal ini dikarenakan kesadaran dan ketertarikan siswa akan pentingnya alat permainan edukatif ular tangga tentang jajanan sehat, materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa, dan metode penyampaian informasi yang jelas.
Pada pertemuan pertama, hanya ada beberapa siswa yang antusias untuk menjawab pertanyaan dari peneliti sebagai evaluasi. Jawaban yang diberikan oleh siswa belum tepat sesuai dengan informasi yang sudah diberikan dalam permainan ular tangga tersebut. Pada pertemuan kedua, semua siswa sudah mulai antusias untuk menjawab dan jawaban yang diberikan sudah sesuai dengan informasi yang diberikan. Siswa yang memiliki pengetahuan tetap setelah diberikan intervensi ada 5 siswa yaitu responden no.9, 11, 14, 18, 28. Kelima siswa tersebut merupakan anak pertama sehingga kemungkinan tidak ada role model yang bisa ditiru. Siswa tersebut memiliki saudara (adik) yang mungkin mengakibatkan perhatian orang tua terbagi untuk anak yang lainnya. Faktor tersebut kemungkinan saling berkaitan satu sama lain sehingga mengakibatkan pengetahuan siswa tidak mengalami peningkatan.
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga mayoritas responden memiliki sikap negatif. Responden belum memiliki sikap yang positif dalam memilih jajanan sehat, sikap siswa tentang ciri-ciri jajanan sehat, sikap siswa tentang pengaruh positif dan negatif jajanan, sikap siswa tentang sanitasi dan keamanan jajanan, sikap siswa tentang penyakit bawaan makanan. Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga, terjadi perubahan sikap sehingga mayoritas responden memiliki sikap positif. Data ini diperkuat oleh hasil analisis statisik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,000 yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga terhadap sikap dalam pemilihan jajanan sehat.
Penilaian sikap diperoleh dengan menghitung nilai dari pernyataan responden berdasarkan skoring Azwar (2003), kemudian dibandingkan dengan T mean data. Nilai sikap rata-rata responden mmengalami peningkatan. Namun ada 4 responden yang nilainya tetap. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah responden berusia 9 tahun. Usia sangat mempengaruhi perilaku seseorang juga bisa mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap adalah pandangan, pendapat, tanggapan ataupun penilaian dan juga perasaan seseorang terhadap stimulus atau objek yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2003). Hal itu lah yang mendukung terjadi perubahan sikap dari negatif menjadi positif pada sebagian besar responden. Nilai sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas menjadi meningkat dikarenakan responden sudah bisa menangkap seluruh hal positif yang mereka dapatkan dari intervensi. Setelah pengetahuan mereka cukup, emosional mereka bereaksi dengan stimulus yang ada.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting, dalam hal ini orang tua. Berdasarkan data demografi yang diperoleh, sebagian besar orang tua responden adalah bekerja. Dukungan orang tua untuk membentuk sikap anak yang positif sangat kurang. Pengaruh orang lain yang dianggap penting dapat mengubah sikap seseorang yang awalnya negatif menjadi sikap yang positif (Azwar, 2008). Anak usia sekolah biasanya akan meniru sikap orang tuanya. Apabila sikap orang tuanya dalam pemilihan jajanan cukup selektif atau disiplin dengan mementingkan kesehatannya maka anak akan meniru sikap orang tuanya tersebut dalam memilih jajanan di sekolah.
Media massa dan lembaga pendidikan juga mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan sikap seseorang. Berdasarkan data demografi yang diperoleh, sebagian besar responden (71%) memperoleh informasi mengenai jajanan sehat dari guru atau lembaga pendidikan dimana responden bersekolah. Informasi yang didapatkan melalui guru belum maksimal karena guru hanya memberikan informasi sesuai dengan kurikulum yang ada. Informasi baru yang didapatkan dari media massa dan lembaga pendidikan dapat mengarahkan pendapat seseorang sehingga dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap yang positif (Tampubolon, 2009). Media massa dapat membawa pesan-pesan yang sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Apabila pesan-pesan yang sugestif itu cukup kuat maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah sikap. Lembaga pendidikan dapat memberikan pemahaman akan sikap yang baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Penelitian Rogers (1983) dalam Hafni (2011) mengungkapkan bahwa keputusan tentang inovasi yaitu: pengetahuan, persuasi, keputusan, pelaksanaan, dan konfirmasi. Melalui pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga dapat meningkatkan pengetahuan dimana responden diarahkan untuk memahami eksistensi. Pada tahap ini, responden diberikan informasi mengenai jajanan sehat agar pengetahuannya dapat meningkat. Kemudian tahap persuasi (persuasion) responden mulai tertarik untuk mengetahui lebih lanjut manfaat mengonsumsi jajanan sehat. Responden dapat membentuk sikap baik atau tidak baik. Hal ini juga didukung dari pengetahuan yang dimiliki oleh responden.
Sikap siswa yang sebagian besar negatif dipengaruhi oleh komponen kognitif atau pengetahuan siswa yang kurang sehingga mempengaruhi persepsi siswa mengenai jajanan sehat. Persepsi yang negatif akan mempengaruhi komponen sikap selanjutnya yaitu komponen afektif (komponen emosional). Siswa merasakan tidak senang membeli jajan di kantin sekolah. Rasa tidak senang ini akan mempengaruhi kecenderungan responden bertindak (komponen konatif) dalam pemilihan jajanan sehat. Sehingga sikap yang ditunjukkan siswa adalah sikap yang negatif dalam pemilihan jajanan sehat.
Responden yang bersikap negatif mampu mengubah sikapnya menjadi positif setelah diberikan intervensi dipengaruhi oleh pemberian informasi tentang jajanan sehat yang disampaikan dengan jelas, sehingga mampu mempengaruhi emosional responden. Selain itu, pernyataan sikap yang diberikan peneliti kepada responden juga harus mampu menstimulasi kepercayaan responden.
Seseorang yang berpengetahuan baik tidak menjamin akan mempunyai sikap yang positif. Karena seseorang dalam menentukan sikap yang utuh selain ditentukan oleh pengetahuan, juga dipengaruhi oleh pikiran, keyakinan dan emosi yang memegang peranan penting (Notoatmojo, 2010). Individu yang bersangkutan harus mampu menyerap, mengolah dan memahami informasi yang diterima sebagai stimulus.
Siswa yang mengalami perubahan sikap positif menjadi negatif ada 4 siswa yaitu responden no. 9, 11, 18, 28. Hal ini bisa disebabkan karena interpretasi mereka dengan pernyataan sikap yang kurang tepat. Seseorang akan mengubah sikapnya jika orang tersebut mampu mengubah kognitifnya terlebih dahulu (Azwar, 2008). Keempat siswa yang mengalami perubahan sikap menjadi negatif itu memiliki pengetahuan yang tetap dari hasil pre test ke post test. Responden merupakan anak pertama sehingga kemungkinan tidak ada role model yang bisa ditiru dalam merubah sikapnya dan hanya memiliki adik sehingga kemungkinan dukungan dari keluarga kurang maksimal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengetahuan dalam pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas IV di SDN Sawotratap III Gedangan Sidoarjo mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga. Sikap dalam pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas IV di SDN Sawotratap III Gedangan Sidoarjo mengalami perubahan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga. Pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga meningkatkan pengetahuan dalam pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas IV di SDN Sawotratap III Gedangan Sidoarjo. Pendidikan kesehatan dengan alat permainan edukatif ular tangga merubah sikap dalam pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas IV di SDN Sawotratap III Gedangan Sidoarjo.
Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan 1) Bagi perawat anak dan komunitas, mampu memberikan promosi kesehatan dengan media alat permainan edukatif ular tangga yang dimodifikasi untuk mensosialisasikan jajanan sehat pada masyarakat, khususnya anak usia sekolah. 2) Bagi sekolah, alat permainan edukatif ular tangga yang dimodifikasi dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa khususnya mengenai jajanan sehat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap siswa dalam pemilihan jajanan sehat. 3) Bagi guru sekolah, dapat memberikan informasi kepada siswa dengan media alat permainan edukatif ular tangga yang dimodifikasi sehingga siswa dapat memilih jajanan yang sehat sesuai dengan informasi yang telah diperoleh. 4) Bagi penelitian selanjutnya, dapat menganalisis faktor demografi anak usia sekolah yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dalam pemilihan jajanan sehat.
KEPUSTAKAAN
Ariandani, B 2011, Faktor
yang berhubungan dengan pemilihan makanan jajanan pada anak sekolah dasar,
diakses 9 Maret 2012 pukul 18.57,
Augustyn,
F 2004, Dictionary of toys and games in
American popular culture, diakses 6 Maret 2012 pukul 11.30,
Azwar 2008, Sikap manusia: teori dan pengukurannya Edisi
2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 30-38.
Evy, 2008, Keamanan
pangan di sekolah rendah, diakses 7 Maret 2012 pukul 10.27,
Fauzi, Lutfi Seli 2008, Perkembangan kognitif dalam perspektif Piaget, diakses 8 Maret 2012
pukul 17.00,
Post a Comment